BOGOR, CEKLISSATU - PollingKita.com menunjukkan hal menarik dalam jajakpendapatnya, di mana dokter Rayendra menjadi  Calon Wali Kota Bogor terkuat dengan perolehan suara 45,6 persen atau setara dengan 3121.

Sedangkan dalam polling Wali Kota Bogor itu, justru nama Dedie Rachim sebagai incumbent berada di posisi kedua.

Wakil Wali Kota Bogor itu mendapatkan perolehan suara 41,1 persen atau setara dengan 3091 suara.

Pengamat politik, Yusfitriadi mengatakan, ini adalah hal yang unik, keduanya bukan dari orang partai

Baca Juga : Ketua Komisi I Usep Supratman Tutup Usia, Ketua DPRD Rudy Susmanto : Beliau Sosok yang Punya Integritas 

Menurutnya ini akan menjadi menarik, meski Dedie Rachim incumbent, namun sampai saat ini tidak tergabung dalam partai manapun, sehingga dedie rachim bukanlah kader partai.

Dokter Rayendra juga merupakan seorang motivator kesehatan dan bukanlah kader dari partai manapun. 

“Apakah ini sebuah indikasi awal bahwa warga Kota Bogor sudah tidak lagi percaya terhadap kader partai politik untuk memimpin Kota Bogor,” ujarnya. 

Yus mengatakan, jika diperhatikan dari hasil polling, justru calon-calon yang berasal dari partai memiliki respon yang paling sedikit dari masyarakat.

Terlebih kader-kader partai yang lain, sama sekali tidak menjadi pilihan dalam jajak pendapat tersebut.

“Sama-sama kita fahami dalam konteks pilkada, selain pasangan calon yang diusung oleh partai politik, diberikan juga ruang pasangan perseorangan, dimana pasangan tersebut bukan diusung oleh partai politik,” kata Yus.

Melesatnya nama dokter Rayendra, kata Yus, memberi pesan bahwa masyarakat Kota Bogor memdambakan sosok pemimpin alternatif yang bukan ‘loe lagi-loe lagi. 

Dengan naiknya nama dokter Rayendra ini, menurut Yus, merupakan fenomena yang menarik partai-partai politik untuk meminangnya, dan diusung oleh partai politik pada pilkada 2024 mendatang.

Tentu saja Rayendra harus hati-hati dalam memilih posisinya, karena bisa jadi ketika Rayendra masuk ke pusaran partai politik yang justru akan melemahkan positioning dia di mata publik.

“Pilkada 2018 yang lalu, pasangan yang diusung oleh partai pemenang justru kalah,” jelas Yus.

Meski begitu, Yus mengatakan, hasil poling wali Kota Bogor ini belum bisa dijadikan acuan.

“Namanya polling belum bisa digambarkan sisi area responden, segmentasi responden, usia responden bahkan sangat mungkin tidak diketahui domisili responden, sangat mungkin ada yang ngisi polling ini orang luar Kota Bogor,” tutur dia.

Terlepas dari polling wali Kota Bogor, Yus menjelaskan, dalam dialektika politik tidak ada yang statis, selalu dinamis. Artinya berbagai kemungkinan bisa terjadi. 

Terlebih masalah penyelenggaraan pilkada di akhir tahun 2024, dimana banyak faktor yang mempengaruhinya, termasuk faktor pileg dan pilpres yang digger di awal tahun 2024.

Adapun kandidat yang dimasukan ke dalam survei antara lain, Dokter Raendi Rayendra, Dedie Rachim, Iwan Suryawan, Jenal Mutaqin, Benninu Argoebie, Atang Trisnanto, dan Dadang Danubrata.

Dari hasil polling tersebut, Dokter Rayendra mendapatkan 3.122 suara, sementara Dedie Rachim menghasilkan 3.091 suara. Kemudian disusul Jenal Mutaqin dengan perolehan 448 suara dan Atang Trisnanto mendapatkan 88 suara. Kemudian Benninue Argoebie dengan 10 suara, Iwan Suryawan 10 suara dan Dadang Danubrata yang hanya memiliki 7 suara dari total 6.776 suara yang berpartisipasi dalam polling tersebut.