ANKARA, CEKLISSATU – Komisi IV DPR RI melukakan Kunjungan Kerja (Kunker) ke parlemen Turki di Ankara, belum lama ini. Pada kesempatan itu, delegasi Indonesia diterima Ketua Komisi Pertanian, Kehutanan, Perikanan dan Pembangunan Pedesaan, Yunus Kilic beserta anggota komisi yang beranggotakan 26 orang. 

"Kerja sama dengan pemerintah Turki sudah terjalan lama sejak pemerintahan Ottoman hingga saat ini. Indonesia sudah menjadi negara sahabat bagi kami," singkat Yunus saat membuka penerimaan delegasi parlemen RI.

Ketua Komisi IV DPR RI, Anggia Erma Rini mengatakan kunjungan diplomasi ini untuk mempelajari kebijakan dalam penerapan beberapa program pembangunan. Antaralain bidang pertanian dan pangan, lingkungan hidup, kehutanan, kelautan dan perikanan serta implementasi prioritas kebijakan dibidang tersebut yang dilaksanakan di Turki. 

Baca Juga : Kebun Raya Bogor Kini Punya Taman Nepenthes

"Dalam hal bidang pertanian, Turki banyak mengimpor Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia. Kerja sama ini mencanangkan peningkatan volume perdagangan Indonesia-Turki sampai dengan 10 miliar USD dan terus akan ditingkatkan," ungkapnya.

Menurut Anggia, sektor pertanian satu-satunya yang berdampak positif hingga 16,24 persen terhadap PDB Indonesia dan mampu bertahan dalam pandemik. 

"Tujuan dari kunjungan diplomasi ini adalah untuk mempelajari pertanian cerdas guna mengatasi perubahan iklim dan ancaman krisis pangan global," jelasnya.

Direktur Jenderal untuk European Union dan Relasi Luar Negeri, Kementerian Pertanian dan Kehutanan, Ahmet Volkan Gungoren menuturkan Turki sangat mengapresiasi Kepemimpinan Indonesia pada G20. Hubungan kerja sama Indonesia-Turki terjalin dengan erat dan akan terus ditingkatkan.

"Indonesia merupakan negara yang besar dan berperan penting di kawasannya" ujar Ahmet. 

Ahmet menambahkan, dalam mengatasi ancaman krisis pangan global di Turki, 50 institusi R&D bekerjasama dengan institusi dunia. Keamanan pangan menjadi topik penting dalam Kementerian Pertanian sehingga dibentuk departemen khusus. Perencanaan dan Aksi untuk keamanan pangan adalah 5-17 persen untuk riset dan pengembangan.

Ahmet juga menekankan bahwa untuk memperkuat ketahanan pangan, pertanian keluarga telah digalakkan di Turki. Standar produk pertanian Turki telah diharmonisasi dan mengadopsi  standar Uni Eropa, bahkan standar lebih tinggi. Produk pertanian dari Indonesia antara lain Crude Palm Oil (CPO) sangat dibutuhkan di Turki begitu pula pati jagung.

"Beberapa peluang yang dapat dikembangkan antara Indonesia dan Turki antara lain masyarakat Turki belum mengenal buah-buahan tropis, sehingga perlu implementasi strategi dan teknologi untuk memperpanjang umur simpan buah sehingga dapat diperkenalkan dan diperdagangkan di Turki," imbuhnya.

Ahmet juga menjelaskan peluang komoditas kopi Indonesia di Turki. Disebutkan bahwa Turki tidak dapat memproduksi kopi, namun karena budaya minum kopi sangat melekat dan berkembang pesat terutama di kalangan pemuda. 

"Sehingga perdagangan kopi menjadi peluang yang sangat potensial," sambung Ahmet sekaligus menawarkan komoditas daging sapi, telur, dan susu untuk dapat diperdagangkan di Indonesia.

Terpisah, Kepala Balitbangtan, Prof. Fadjry Djufry menjelaskan bahwa pihaknya telah berkomunikasi dengan lembaga riset pemerintah Turki untuk bekerjasama, khususnya dalam pengembangan standar produk pertanian.

"Kami telah bertemu dengan Direktur Jenderal TAGEM dan membicarakan potensi kolaborasi antara lain pengembangan standar produk pertanian, peningkatan capacity building sumber daya manusia, dan mitigasi perubahan iklim," ungkapnya.

Balitbangtan yang telah bertransformasi menjadi Badan Standardisasi Instrumen Pertanian akan menambahkan klausul kerjasama dan kolaborasi dalam MoU yang telah diinisiasi dengan Kementerian Pertanian Turki sebelumnya.