JAKARTA,CEKLISSATU - Gempa bumi berkekuatan magnitundo 6.8 menerjang Maroko pada Jumat 8 September 2023 lalu pada pukul 23.14 waktu setempat terjadi ketika banyak orang tengah menikmati momen kebersamaan keluarga, begitu juga dengan keluarga Hamid ben Henna.

Beberapa saat sebelum gempa, Hamid ben Henna sempat meminta putranya, Marouane (8) , mengambil sebilah pisau untuk memotong semangka dalam hidangan malam keluarga mereka dan berbincang dengan putranya terkait kebutuhan perlengkapan sekolah untuk tahun ajaran mendatang.

"Itulah saat bencana datang," kata Hamid, Selasa 12 September 2023.

Ruangan mulai berguncang, lampu padam, dan reruntuhan mulai jatuh dari langit-langit rumah tradisional mereka di sebuah desa terpencil di Pegunungan Atlas Tinggi.

Hamid dan putranya yang lain, Mouad, terhuyung keluar dari pintu yang terbuka menuju gang ketika rumah mereka mulai runtuh. Hamid berhasil menyelamatkan istrinya, Amina, dan putri kecilnya, Meryem. 

Namun, ketika keadaan mulai mereda, mereka menyadari bahwa Marouane tidak dapat terselamatkan.

Jasa Marouane baru ditemukan keesokan harinya, setelah saudara laki-laki Hamid tiba dengan mobil dari Casablanca, lima jam perjalanan, untuk membantu mengangkat puing-puing yang menimbun tubuh Marouane.

Sang anak dimakamkan pada Sabtu pagi, ayah Marouane mengenang buah hati tercinta itu. Ayah Marouane menyebut bahwa anak laki-lakinya itu selalu antusias dan menyukai sekolah.

Gempa bumi ini merupakan yang terkuat di Maroko sejak 1900 dan menewaskan lebih dari 2.000 orang, sebagian besar di desa-desa pegunungan kecil seperti Tafeghaghte tempat keluarga Ben Henna tinggal.

Hampir tidak ada satu rumah pun di Tafeghaghte yang tidak terkena dampak bencana. Tumpukan puing-puing besar memenuhi desa. Selain itu, gang menuju reruntuhan rumah mereka tertutup bebatuan yang berjatuhan.