KARAKALPAKSTAN, CEKLISSATU - Sebanyak 18 orang tewas dan ribuan pengunjuk rasa luka-luka dalam kerusuhan di Provinsi Otonom Karakalpakstan, Uzbekistan, akhir pekan kemarin. 

Bentrokan pecah dengan pasukan keamanan ketika pengunjuk rasa turun ke jalan karena rencana untuk menarik hak wilayah itu untuk memisahkan diri.

Menteri Kesehatan Uzbekistan mengatakan bahwa rumah sakit di ibu kota daerah, Nukus, penuh pasien sebagaimana dilansir BBC pada Senin 4 Juli 2022.

Aparat keamanan sempat menahan 516 orang saat membubarkan massa demonstran pada Jumat 1 Juli 2022. Namum, sebagian besar para pendemo kini sudah dibebaskan.

Menurut beberapa laporan resmi, para pengunjuk rasa pawai di jalan-jalan Nukus, ibu kota Karakalpakstan. Mereka berusaha menduduki gedung-gedung perkantoran milik pemerintah.

Pada Sabtu 2 Juli 2022, Presiden Shavkat Mirziyoyev membatalkan rencananya untuk mengamendemen sejumlah pasal dalam Undang-Undang Dasar Negara Uzbekistan yang mengatur tentang hak otonomi Karakalpakstan serta haknya untuk memisahkan diri

Baca Juga : Warga Palestina Ditembak Mati Tentara Israel saat Bentrok di Tepi Barat

 Dia juga mengumumkan keadaan darurat selama sebulan di provinsi yang terletak di bagian barat laut Uzbekistan itu.

Laporan mengatakan polisi dan tentara berpatroli di jalan-jalan Nukus, setelah keadaan darurat diumumkan.

Pada pertemuan dengan para deputi lokal, Minggu 3 Juli, Shavkat menuduh ada "kekuatan jahat" yang mencoba untuk mengacaukan dan merusak situasi di negara Asia Tengah itu.

Ia mengatakan penyelenggara protes mencoba merebut gedung-gedung badan pemerintah daerah untuk mendapatkan senjata.

"Mengambil keuntungan dari keunggulan jumlah mereka, orang-orang ini menyerang petugas penegak hukum, memukuli mereka dengan parah dan menyebabkan luka parah," katanya seperti dikutip oleh kantor berita AFP.

Uzbekistan, negara berpenduduk 32 juta jiwa, memiliki reputasi sebagai salah satu republik paling represif di bekas Uni Soviet karena menekan segala bentuk perbedaan pendapat.

Karakalpakstan, yang berpenduduk kurang dari dua juta orang dan sebagian besar wilayah gurun dekat Laut Aral, memiliki status otonom.