BOGOR, CEKLISSATU - Dosen Fakultas ilmu Sosial dan Politik Universitas Djuanda (Unida) Bogor, Desi Hasbiyah mengungkapkan, jika tagline Pemerintah Kabupaten Bogor yakni Pancakarsa saat ini lebih melekat di ketimbang semboyan Prayoga, Tohaga dan Sayaga di kuping masyarakat Kabupaten Bogor.

Terlebih selama ini memang menjadi program andalan Pemkab Bogor selama dipimpin Ade Yasin-Iwan Setiawan sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bogor.

“Karena dalam pengucapan Pancakarsa ini lebih mudah dicerna oleh masyarakat dibandingkan dengan semboyan Kabupaten Bogor, apalagi dengan visi misi Bogor Sport and Tourism yang menggunakan bahasa asing,” ungkap Desi Hasbiyah, Kamis (11/1/2024).

Baca Juga : Polres Bogor Ungkap Kasus Penyalahgunaan Gas Elpiji Bersubsidi, Berikut Ini Barang Bukti yang Diamankan

Terlebih lagi masih kata Desi, dalam Tagline Pancakarsa terselip juga lima program pembangunan yang dikenal dengan Lima Karsa. Dia mencontohkan salah satunya Bogor Cerdas lewat beasiswa Pancakarsa. Dimana dalam program tersebut adalah pembagian beasiswa kepada 1.200 mahasiswa yang ada di Kabupaten Bogor bekersama dengan 67 perguruan tinggi. 

“Secara akademisi, program ini memang sangat membantu. Karena membantu mahasiswa yang dari sisi ekonomi memiliki keterbatasan, tapi mereka punya niat untuk belajar. Tetapi, memang ada hal-hal yang harus dievaluasi,” beber Desi.

“Dimana ada konsekuensi-konsekuensi yang harus dilakukan oleh para mahasiswa penerima beasiswa ini. Dimana, mereka harus mempertahankan prestasi akademik dan non akademik yang didapatkan selama menerima beasiswa Pancakarsa,” lanjutnya.

Desi menambahkan, Pemkab Bogor harus melakukan evaluasi terkait program beasiswa Pancakarsa ini. Salah satunya, pemerintah harus menyiapkan program lanjutan setelah para mahasiswa menyelesaikan beasiswa mereka di perguruan tinggi.

“Para mahasiswa penerima beasiswa ini harus memberikan kontribusinya terhadap pembangunan di Kabupaten Bogor, karena mereka ini kan dibiayai oleh Pemkab Bogor. Dan inilah yang belum dirasakan oleh kita,” tukasnya.

Desi mengajak, apakah dari program dan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakatnya dibutuhkan atau bukan, jadi program apapun harus tetap tepat sasarannya. Jadi kalau tidak tepat sasarannya, maka akan terus ada hal-hal yang memicu sebuah polemik baru. 

"Jadi kita harus lihat dulu, betul tidak, ini tepat tidak sasarannya. Supaya tadi, standarisasi pemerintah untuk ketercapaian itu sesuai, kalau tidak sesuai tetapi itu memang sebuah kebutuhan kan bisa dinaikkan lagi tuh standar nya supaya bisa ada kalimat atau kata melampaui diatas kata-kata ketercapaian," ungkap Desi.