JAKARTA,CEKLISSATU- Wilayah Utara China diperiingatkan tentang kemungkinan wabah penyakit tanaman dan hewan yang muncul ketika air banjir surut dari daerah pedesaan.

 Sementara beberapa kota berjuang untuk mengembalikan pasokan air minum setelah banjir terburuk dalam enam dekade.

Provinsi Hebei, yang berbatasan dengan ibu kota Beijing, dilanda curah hujan lebih dari setahun dalam seminggu terakhir akibat badai yang mengikuti Topan Doksuri, berdampak pada hasil panen musim gugur dan merusak peralatan pertanian.

Menteri Pertanian, Tang Renjian melakukan inspeksi di daerah terdampak pada Selasa, menurutnya diperlukan peningkatan pada langkah-langkah pencegahan dan pengendalian wabah penyakit besar yang disebabkan oleh hewan mati, hama, dan serangga.

Peternakan di seluruh Hebei telah terdampak parah, dengan banyak babi dan domba tenggelam di dalam air banjir dan banyak tanaman hancur.

Genangan air juga harus dikurangi dan air banjir dari lahan pertanian harus dialirkan untuk meminimalkan kerugian tanaman dan juga memastikan bahwa penanaman gandum pada musim dingin tidak terpengaruh.

"Departemen pertanian dan pedesaan di semua tingkatan seharusnya mengevaluasi dengan akurat situasi bencana para petani, membantu para petani yang terdampak untuk mengatasi kesulitan praktis, dan mencegah kemiskinan akibat bencana atau kembali ke dalam kemiskinan," ujar Tang dalam pernyataan yang diposting di situs web kementerian.

Di Zhuozhou, kota yang paling parah terdampak di Hebei, para pekerja mengenakan pakaian hazmat menyemprot disinfektan di daerah pemukiman untuk mencegah penyebaran penyakit.

Pasokan air bersih terputus di beberapa daerah pedesaan dan kota di Hebei seperti Shijiazhuang, di mana pipa-pipa air dan sumur-sumur hancur akibat banjir, yang memengaruhi puluhan ribu penduduk.

Kementerian Sumber Daya Air telah mengumumkan respons darurat untuk dengan cepat mengembalikan pasokan air minum, termasuk mendirikan titik pasokan dan mengirimkan truk-truk air.

Bahkan di Beijing, di mana setidaknya 33 orang telah meninggal akibat banjir, sebuah tim berjumlah hampir 600 orang "berlomba melawan waktu" untuk mengembalikan pasokan air di sebuah distrik pedesaan.