MYANMAR, CEKLISSATU – ASEAN tampaknya bertindak sebagai 'anjing peliharaan' bagi AS. Ini lantaran kebijakan tentang keterlibatan konstruktif tidak lagi di atas meja.

Tudingan itu ditulis dari salah satu surat kabar yang dikendalikan Pemerintah Junta Myanmar, Minggu 30 Oktober 2022.

Hal ini karena, Pemerintah Junta Militer Myanmar merasa tidak dianggap oleh asosiasi negara Asia Tenggara dalam penyelesaian konflik yang mendera dalam negerinya.

Mereka menganggap ASEAN telah mengabaikan Myanmar dengan menetapkan batas waktu bagi perdamaian.

Baca Juga : Asean Harus Diversifikasi Sumber Energi Bila Tak Ingin Seperti Eropa

Dengan memberikan batas waktu ini, Kementrian Luar Negeri Myanmar mengatakan, hal ini tidak akan menyelesaikan masalah. Ini hanya menambah tekanan yang akan memberi banyak implikasi negatif. 

Dalam keterangan resminya, sejak kudeta Februari tahun lalu, Myanmar berada dalam kekacauan. Lebih 2.300 orang tewas akibat tindakan brutal militer terhadap perbedaan pendapat.

Namun, sejauh ini ASEAN sterus berupaya memecahkan krisis di Myanmar. Para Menteri luar negeri negara ASEAN mengadakan pertemuan di Jakarta, untuk membahas maasalah tersebut. Pertemuan ini tidak dihadiri perwakilan Myanmar setelah menolak undangan untuk mengirim tokoh nonpolitik.

Namun, dengan langkah ini, Myanmar menuding ASEAN telah melakukan 'diskriminasi' karena tidak mengundang Menteri Luar Negeri yang ditunjuk Junta, Wunna Maung Lwin, ke pertemuan di Jakarta.