JAKARTA, CEKLISSATU - Perang tarif penyedia jasa internet fixed broadband kini tidak masuk akal. Pasalnya, ada sejumlah penyedia fixed broadband, yang memberikan iklan yang tidak masuk akal.

Seperti pengguna hanya membayar enam bulan tetapi bisa mengakses jaringan internet untuk jangka waktu setahun.

Temuan lainnya, ada pula penyedia layanan yang menyediakan internet dengan kecepatan 100 Mbps, tetapi harganya dinilai tidak wajar, yakni di angka Rp 300 ribuan.

"Kami sampai botak itu mengukurnya gimana, ternyata setelah diukur beneran ternyata kecepatan tidak 100 Mbps. Karena kami jualan untuk yang Rp300 ribu, pelanggan mendapat 40 Mbps dan beneran 40 Mbps karena kami tidak ingin tipu-tipu," sambungnya.

Baca Juga : Atta Halilintar Ikut Terseret Kasus Investasi Ilegal 

Kurniawan menjelaskan infrastruktur untuk penyedia internet ke satu pelanggan saja IndiHome harus mengeluarkan anggaran Rp 4,5 juta. Dengan harga dan kecepatan internet itu menurutnya sudah tidak masuk akal.

"Jadi bisa dibayangkan ketika kita narik kabel ke satu pelanggan biayanya Rp 4,5 juta dan kami hanya memasang tarif harga Rp 300 ribu, jadi tidak masuk akal jika ada yang memasang tarif lebih murah," imbuhnya.

Meski terjadi perang tarif internet fixed broadband, Kurniawan menuturkan jika IndiHome memberikan kualitas yang memadai bagi para pelanggannya. Misalnya menyediakan konten menarik yang bekerja sama dengan 14 OTT partner seperti Netflix, MOLA, Vidio, WeTV, serta memiliki variasi paket sesuai kebutuhan pelanggan, mulai dari paket 30 Mbps hingga 300 Mbps.

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), Muhammad Arif mengatakan sebagian besar rumah tangga Indonesia sudah atau akan segera memiliki akses ke penyedia layanan broadband tetap yang cepat dan andal. Hal ini tentu saja membuat kompetisi penyedia jaringan internet bahkan tidak hanya di Pulau Jawa.

"Kompetisi sudah meluas sampai ke luar Pulau Jawa, dengan semakin banyaknya peralihan aktivitas masyarakat dari offline ke online. Meski demikian, perang harga layanan fixed broadband masih dalam batas wajar dan APJII sangat mendukung agar pemerintah terus mengawasi dan menjaga iklim kompetisi bisnis fixed broadband yang sehat," ungkap Arif.

Sedangkan, Ketua Umum Masyarakat Telekomunikasi Indonesia (Mastel ) Sarwoto Atmosutarno menyebut kualitas sebelum berlangganan. 

Jika sudah berlangganan maka akan sangat sulit untuk beralih ke produk lainnya.

"Untuk menjaga para pelanggannya maka penyedia layanan internet fixed broadband harus kreatif. Misalnya menjaga kualitasnya serta menawarkan paket bundling dengan berbagai layanan streaming untuk menjaga pelanggan maupun menggaet pelanggan baru," tandasnya.