JAKARTA, CEKLISSATU - Angka prevalensi stunting di tanah air baru turun 0,1 persen dari 21,6 persen pada tahun 2022 menjadi 21,5 persen pada tahun 2023.

Lambatnya penurunan prevalenai angka stunting itu, karena belum ditemukannya model implementasi yang tepat dari sejumlah program yang telah dilaksanakan. 

Juga akibat bertambahnya jumlah anak stunting yang baru.

Baca Juga : Implementasi UU KIA Diharapkan Berdampak pada Penurunan Angka Stunting

Untuk itu Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat mengatakan, dibutuhka komitmen dan konsistensi yang kuat dalam penanganan stunting

Sehingga, kata dia, target dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) nasional dapat tercapai.

“Political will yang kuat dari pemangku kepentingan menjadi salag satu cara dalam menangani stunting,” kata dia dikutip dalam keterangannya, Rabu 19 Juni 2024.

Baca Juga : Rudy Susmanto: Posyandu Garda Terdepan Dalam Pencegahan Stunting di Kabupaten Bogor

Dia melanjutkan, komitmen dan konsisten pemerintah pusat dan daerah dalam menangani stunting itu untuk mewujudkan generasi penerus yang sehat, kuat dan berdaya saing.

Selain itu, salah satu yang menjadi pertanyaan dia adalah mengenai perencanaan program penurunan angka stunting

Menurut dia, dalam perencanaan program tersebut, seharusnya terdapat metode implementasi yang tepat berdasarkan survei yang dilakukan. 

Baca Juga : Tinjau Program Pengukuran dan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting, Jokowi Kunjungi Posyandu di Kota Bogor

“Penambahan angka penderita stunting baru, itu memperlihatkan bahwa penanganan stunting di Indonesia tidak menyeluruh,” bebernya. 

Untuk mewujudkan bangsa yang unggul, kata dia, maka kualitas kesehatan setiap anak bangsa harus diperhatikan. 

“Dengan perbaikan signifikan dapat menekan angka prevalensi stunting di Indonesia,” tutup dia.