JAKARTA, CEKLISSATU - Interaksi  yang terjalin di dunia digital merupakan komunikasi antarmanusia, sehingga penting untuk tetap menghormati keberagaman ketika beraktivitas di dalamnya.

Anggota Komisi I DPR RI, Mayjen TNI Mar. (Purn) Sturman Panjaitan mengatakan, Keberagaman tidak bisa dipungkiri apalagi didunia maya ini yang sangat besar sama besarnya dengan budaya Indonesia. 

Keberagaman ini bukan hanya dari suku, ras, dan agama.

“Saat ini yang sangat penting untuk dihargai adalah perbedaan pendapat, perbedaan cara berpikir, dan perbedaan sikap itu yang penting untuk saling menghargai,” kata Sturman dalam seminar online Kementerian Kominfo, bersama DPR RI, dengan teman ‘Interaksi di Ruang Digital: Hargai Perbedaan, Hormati Keberagaman’  Selasa 4 April 2023.

Baca Juga : Budhy Setiawan Ingatkan Nilai-nilai Toleransi  Dalam Keberagaman

Sementara itu Kasubag Pendampingan dan Konsultasi Biro Umum BP Batam, Willfrid J Panjaitan mengatakan, Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku, agama, ras, dan budaya, kepercayaan, golongan, pekerjaan, dan Pendidikan. 

Kondisi ini sering disebut keberagaman yang ditandai dengan munculnya berbagai perbedaandalam kehidupan masyarakat. Keberagaman tersebut merupakan kekuatan yang dimiliki Indonesia.

“Ditengah keberagamna, kita wajib bersyukur karena Indonesia masih berdiri kokoh, bersatu terus bergerak maju, mengejar negara-negara maju lainnya didunia,” kata Willfrid. 

Menghargai perbedaan adalah menghormati dan mengindahkan suatu hal yang berbeda baik itu pendapat, tindakan, latar belakang, ataupun hal lainnya. 

Willfrid menyebutkan tiga alasan mengapa kita harus saling menghargai perbedaan, yakni karena tiap manusia punya hak untuk dihormati serta dihargai, untuk menghindari perselisihan yang dapat memecah persatuan di masyarakat, agar kondisi masyarakat harmonis, tentram serta rukun. 

“Tugas penguatan kerukunan umat beragama disamping dilakukan oleh pemerintah juga dilakukan oleh para tokoh agama, tokoh adat, dan tokoh masyarakat.,” ujarnya. 

“Para tokoh mampu menjadi jembatan strategis bagi umat untuk menggerakkan moderasi beragama, baik dalam keyakinan dan pemahaman keagamaan maupun tindakan konkret dalam melakukan pencegahan, medias, dan penyelesaian konflik antarumat beragama,” imbuhnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fikom UNITOMO Surabaya, Harliantara mengatakan, interaksi di ruang digital harus mengedepankan etika dan budaya, karena kita adalah manusia. 

“Budaya bermedia digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya. 

Harliantara mengatakan, budaya digital menjadikan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai landasan kecakapan digital. Mewujudkan nilai-nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika sebagai panduan karakter dalam beraktivitas di ruang digital.

“Jatidiri kita dalam ruag digital tak berbeda dengan budaya non digital. Digitalisasi budaya memungkinkan kita mendokumentasikan kekayaan budaya dan dapat menjadi peluang mewujudkan peluang kreativitas,” ucapnya. 

“Dunia digital adalah dunia kita sekarang ini. Mari mengisinya dan menjadikannya sebagai ruang yang berbudaya, tempat kita belajar dan berinteraksi, tempat anak-anak kta bertumbuhkembang sekaligus tempat dimana kita sebagai bangsa hadir dengan bermatabat,” ujar Harliantara. 

Terakhir, Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegas bahwa kita berada di era percepatan trasnformasi digital.

“Diperlukan kolaborasi yang baik masyarakat dengan pemerintah agar masyarakat tidak tertinggal dalam proses percepatan transformasi digital,” tutupnya.