JAKARTA, CEKLISSATU - Jejak digital merupakan data yang ditinggalkan pengguna setelah menjelajah internet, dan tak dapat dihapus penuh secara permanen. 

Jejak digital bisa berbahaya jika pengguna memiliki rekam jejak yang tak biasa ketika menggunakan internet, seperti memasukkan informasi yang sangat personal atau data lain yang kurang pantas.

Anggota Komisi I DPR RI, Krisantus Kurniawan mengatakan, fenomena jejak digital yang saat ini terjadi di mana secara fisik jejak digital mungkin dihapus namun sesuatu yang sudah terekam kemungkinan besar sudah ada di mana-mana apalagi jika tautannya dibagikan ke media sosial. 

Baca Juga : Sekda Kota Bogor Sebut Penanganan ODF Harus Bisa Selesai di Tingkat Kecamatan

“Kita perlu ingat bahwa kecepatan penyebaran sebuah informasi di media sosial sangat cepat dan sangat sulit dikontrol,” katanya dalam seminar bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama DPR RI, dengan tema ‘Dunia Maya dan Jejak Digital’ pada Rabu 12 April 2023. 

Belum lagi apabila orang tersebut merupakan seorang  tokoh yang di perhatikan oleh masyarakat. 

Menurutnya kita perlu ingat bahwa penyebaran informasi di media sosial sangat sulit untuk di kontrol. Bisa saja pemilik pendapat di media social sudah di hapus, namun orang lain yang membagikan postingan tersebut masih memilikinya. 

“Oleh karena itu, pada era ini masyarakat agar bijak dalam menggunakan media sosial., karena jejak digital tidak dapat dihapus secara tuntas,” ujarnya. 

“Masyarakat diharapkan berpikir lebih sebelum menggunakan media social agar postingan tersebut tidak disalahgunakan dikemudian hari,” imbuhnya. 

Dekan Fikom Unitomo Surabaya, Harliantara mengatakan, bahwa latar belakang terjadinya jejak digital adalah adanya dunia maya yang dapat digunakan sebagai pengalaman sosial,  di mana individu dapat saling berinteraksi, bertukar pikiran, berbagi informasi yang menghasilkan sebuah jejak digital yang merupakan segala informasi yang anda tinggalkan di internet. 

“Ada dua jenis jejak digital yang ada saat ini, yaitu jejak digital aktif yang merupakan informasi yang secara sadar dibagikan di internet dan ada jejak digital pasif yaitu informasi yang anda tinggalkan di internet tanpa sadar atau data yang dikumpulkan secara otomatis oleh pihak lain tanpa sepengetahuan pemilik,” jelasnya. 

Beberapa dampak yang terjadi, lanjut Harliantara, ketika meninggalkan jejak digital, di antaranya, mempengaruhi perspektif seseorang, menjadi factor penentu untuk masuk perguruan tinggi dan mendapatkan beasiswa, peluang untuk mendapatkan pekerjaan, dan terakhir rentan terhadap kemanan pribadi.

Jejak digital di internet bisa menjadi masalah yang besar, karena jejak digital ini mengandung informasi pribadi yang bisa saja berpotensi menimbulkan hal yang tidak diinginkan di kemudian hari,” ucapnya. 

“Tanpa disadari kita sering meninggalkan jejak digital di internet. Nah, mulai sekarang kita harus lebih berhati-hati lagi,” imbuhnya. 

Pegiat literasi, Tulus Santoso mengatakan,  bahwa dengan berkembangnya pengguna internet saat ini memberikan perubahan secara signifikan terhadap perilaku dan interaksi manusia di era digital, di mana perubahan itu dapat berdampak positif ataupun berdampak negative. 

Dia menambahakan, jejak digital memberikan akses bebas orang lain terhadap data kita, serangan manipulative, reputasi professional menjadi buruk. 

Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengelola jejak digital, yaitu dangan menghindari penyebaran data-data penting seperti lamat rumah, rekening atm atau nomor handphone, buatlah password yang kuat untuk tiap akun media social mu, jangan post sesuatu yang sifatnya terlalu personal, gunakan layana pelindung data pada device kita, cari namamu sendiri di google dan hapus semua informasi sensitive yang kamu temukan.

Sementara itu Dirjen Aplikasi Informatika (Aptika) Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan mengatakan, kehadiran teknologi sebagai bagian dari kehidupan masyarakat inilah yang semakin mempertegas bahwa kita berada di era percepatan trasnformasi digital.

“Diperlukan kolaborasi yang baik masyarakat dengan pemerintah agar masyarakat tidak tertinggal dalam proses percepatan transformasi digital,” tutup Semmy, sapaan akrabnya.