JAKARTA, CEKLISSATU – Dekan Fisip Unpad, R. Widya Setiabudi S mengatakan, ruang digital yang sehat menjelang Pemilu 2024 Laporan We Are Social menunjukkan, jumlah pengguna aktif media sosial di Indonesia sebanyak 167 juta orang pada Januari 2023.

Jumlah tersebut setara dengan 60,4% dari populasi Indonesia.

Adapun, waktu yang dihabiskan bermain media sosial di Indonesia mencapai 3 jam 18 menit setiap harinya. Durasi tersebut menjadi yang tertinggi kesepuluh di dunia.

Lebih lanjut, jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 212,9 juta pada Januari 2023. Berbeda dengan media sosial, jumlah pengguna internet pada awal tahun ini masih lebih tinggi 3,85% dibanding pada periode yang sama tahun sebelumnya. 

Baca Juga : Dedi Mulyadi Nyaleg DPR RI dari Partai Gerindra 

Dari jumlah tersebut, 98,3% pengguna internet di Indonesia menggunakan telepon genggam. Selain itu, rata-rata orang Indonesia menggunakan internet selama 7 jam 42 menit setiap harinya. 

Menurut laporan 'Digital 2023 Indonesia' yang dikeluarkan firma riset We Are Social, pengguna Facebook di Indonesia hingga awal 2023 sebanyak 119,9 juta. Angka tersebut sebanding dengan 56,3% total populasi internet yang berjumlah 212,9 juta orang. 

Dari jumlah tersebut, 98,3 persen pengguna internet di Indonesia menggunakan telepon genggam (HP).

Jika dirata-rata, orang Indonesia menggunakan internet selama 7 jam 42 menit setiap harinya.

Menurutnya, selain jauh dari diskursus politik, problem partisipasi anak muda tidak berdiri tunggal. Banyak faktor yang mendorongnya.

 "Mulai dari kinerja penyelenggara pemilu, regulasi pemilu, individu penyelenggara pemilu yang kurang kompeten, serta kerja-kerja pendidikan pemilih yang tidak berkelanjutan," terangnya jelas Widya dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema ‘Ruang Digital Yang Sehat Menjelang Pemilu’, Minggu 13 April 2023.

Akibatnya, lanjut Widya, partisipasi publik kurang, bahkan terancam hilang. Komite Independen Sadar Pemilu (KISP) juga menemukan 17 persen pemilih milenial menganggap bahwa kendala yang mereka alami pada Pemilu 2019 adalah kurangnya informasi yang diberikan oleh penyelenggara pemilu.

Sementara itu Tim Ahli Badan Kesbangpol Provinsi Jawa Barat, Dr. (Cand) Iman Soleh Umarawihardja  menjelaskan bahwa ruang digital adalah ruang yang tidak dapat dipisahkan, tidak ada batasan antara satu negara dengan negara yang lainnya.

 Ruang digital sebagai sarana komunikasi tempat bertemu dan tanpa bertatap muka, menjadi nasionalisme terhadap negara suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, atau rasa cinta terhadap bangsanya sendiri.

Dia mengatakan bahwa tantangan dalam nasionalisme adalah sebagai berikut tantangan globalisasi yang semakin melunturkan semangat nasionalisme. 

Globalisasi semakin meyakinkan bahwa negara adalah sebuah wilayah tanpa sekat dan tanpa jarak, globalisasi mengancam sistem budaya lokal dan merubahnya menjadi sistem budaya global yang cenderung individualistik dan liberal.

Globalisasi mengancam filosofi silih asah, silih asih, dan silih asuh menjadi superioritas global yang mengarah pada neokolonialisme. 

“Tantangan nasionalisme adalah globalisasi dan revolusi industri 4.0 dan bahkan sekarang memasuki revolusi industry 5.0 (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan, adalah tantangan terberat bangsa dalam hal kesadaran ideologi dan wawasan kebangsaan, globalisasi dan revolusi industri 4.0 dan bahkan sekarang memasuki revolusi industry 5.0 (artificial intelligence) atau kecerdasan buatan, adalah tantangan terberat bangsa dalam hal kesadaran ideologi dan wawasan kebangsaan, empat tantangan nasional Indonesia dalam kemelut global di antaranya berdampak asymetric warfare terhadap ruang kerja, politik identisa yang semakin marak, munculnya generasi yang rendah nalar,” tutup Iman.