JAKARTA,CEKLISSATU - China, sebagai produsen energi terbarukan terbesar di dunia, akan mendirikan sistem daur ulang untuk turbin angin dan panel surya yang telah tua sebagai upaya mengatasi volume limbah yang semakin bertambah dari industri tersebut.

China telah meningkatkan kemampuan manufakturnya dalam bidang energi angin dan surya untuk mendekarbonisasi ekonominya serta mengurangi ketergantungannya pada batu bara, dan saat ini berada di jalur untuk mencapai tujuannya dalam meningkatkan total kapasitas energi angin dan surya menjadi 1.200 gigawatt (GW) pada tahun 2030, dari 758 GW pada akhir tahun lalu.

Namun, seiring dengan penggantian dan pembongkaran proyek-proyek yang lebih tua, volume limbah diharapkan akan melonjak, dengan sejumlah besar kapasitas yang sudah mendekati usia pensiun, yang berpotensi menimbulkan risiko lingkungan yang besar.

Untuk menghadapi tantangan ini, China akan menyusun standar dan aturan industri baru yang menguraikan cara yang tepat untuk mematikan, membongkar, dan mendaur ulang fasilitas energi angin dan surya, demikian diumumkan oleh Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional pada hari Rabu.

Badan perencanaan negara mengumumkan bahwa Tiongkok diharapkan akan memiliki sistem daur ulang lengkap yang "secara dasar matang" untuk turbin angin dan panel surya menjelang akhir dekade ini.

Panel fotovoltaik (PV) memiliki umur sekitar 25 tahun, dan banyak proyek di Tiongkok sudah menunjukkan tanda-tanda signifikan dari aus dan rusak, menurut surat kabar resmi Tiongkok, Science and Technology Daily, pada bulan Juni.

Surat kabar tersebut mengutip para ahli yang mengatakan bahwa Tiongkok akan perlu mendaur ulang sekitar 1,5 juta ton metrik modul PV pada 2030, yang kemudian akan meningkat menjadi sekitar 20 juta ton pada  2050.

Masalah limbah dari sektor energi terbarukan telah menjadi keprihatinan global yang semakin meningkat. Total limbah dari proyek-proyek energi surya saja dapat mencapai 212 juta ton per tahun pada 2050, sesuai dengan salah satu skenario yang disusun oleh Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA) tahun lalu.