BOGOR, CEKLISSATU- Guru Besar Imunologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University, Prof I Wayan Teguh Wibawan, menyampaikan bahwa Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) merupakan penyakit hewan berkuku genap yang mudah menular namun tingkat kematiannya rendah.

“Tingkat kematian pada kasus ini adalah di bawah lima persen. Penanganan dini dari penyakit ini akan memberikan tingkat kesembuhan yang tinggi. Beberapa obat yang dapat diberikan untuk PMK adalah antibiotik, anti radang dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” ujarnya dalam Webinar “Kenali PMK: Karakter, Ancaman dan Pengendalian".  Kegiatan ini digelar oleh Program Studi Paramedik Veteriner, Sekolah Vokasi IPB University, Sabtu 04 Juni 2022.

Menurutnya, kunci dari penanganan PMK di Indonesia adalah dengan mengendalikan lalu lintas ternak, penerapan biosekuriti yang ketat, serta pelaksanaan vaksinasi.

Baca Juga : Petugas Kesehatan Hewan Lumajang Kewalahan Atasi Wabah PMK

“Terdapat tujuh serotipe virus PMK yang ada di dunia dan yang paling banyak menginfeksi adalah serotype A dan O,” imbuhnya.

Sementara itu, Drh Pebi Purwo Suseno dari Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Republik Indonesia menyampaikan bahwa penyakit PMK yang menyerang ternak di Indonesia adalah serotype O.

“Sapi merupakan indicator species, yaitu hewan yang menunjukkan gejala yang sangat jelas. Babi merupakan amplifying host, yaitu inang yang dapat mempercepat replikasi dari virus PMK. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas,” tuturnya.

Baca Juga : MUI Keluarkan Fatwa Hewan Kurban Terjangkit PMK, Ini Syaratnya

Beberapa prinsip pencegahan penularan penyakit PMK, lanjutnya, adalah mencegah kontak hewan peka seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan babi dengan virus PMK. Menghentikan sirkulasi atau produksi virus PMK dan vaksinasi hewan ternak.

Oleh karena itu, katanya, untuk melakukan pencegahan penyakit PMK maka dilakukan upaya yang paling utama adalah biosekuriti. Hewan dapat ditransportasikan dengan dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan berwenang terlebih dahulu untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).

“Daging yang berasal dari hewan penderita PMK yang tidak sengaja tersembelih aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan bagi manusia. Beberapa herbal dan jamu yang mampu meningkatkan kekebalan dapat diaplikasikan untuk menangani PMK,” imbuhnya.

Sementara itu, Drh Henny Endah Anggraeni, MSc selaku Ketua Program Studi Paramedik Veteriner Sekolah Vokasi IPB University dalam sambutannya mengatakan bahwa PMK merupakan penyakit yang harus dipahami oleh masyarakat secara luas bagaimana karakter, ancamannya, dan cara menanggulanginya.

“Oleh karena itu, Program Studi Paramedik Veteriner menggelar kegiatan ini,” tuturnya.