BOGOR, CEKLISSATU - IPB University meluncurkan Sekolah Sampah Mandiri atau ‘SeSaMa’ sebagai inovasi sosial pengelolaan sampah berbasis masyarakat. Target utama program ini ialah membangun kesadaran dan partisipasi masyarakat di tingkat rumah tangga sebagai sumber penghasil sampah.

SeSaMa telah dirintis oleh Pusat Kajian Resolusi Konflik dan Pemberdayaan atau Centre for Alternative Dispute Resolutions, Regulation and Policy Analysis and Community Empowerment (CARE) sejak tahun 2020. Inovasi ini dilahirkan oleh Prof Sumardjo (Fakultas Ekologi Manusia), Dr Agit Kriswantriyono (CARE), Prof Didik Suharjito (Fakultas Kehutanan dan Lingkungan), Dr Dahri Tanjung (Sekolah Vokasi), serta tim peneliti CARE IPB University.

Baca Juga : Semarakkan Bina Desa untuk Indonesia, Himasiter IPB Gandeng Dedikasi Kita Wujudkan Desa Sinarsari Cerdas

Dalam acara IPB Innovation Expo dan Launching Riset Aksi Sosial (29/9), Prof Sumardjo menyampaikan bahwa kurikulum utama SeSaMa mencakup wawasan lingkungan, metode pengelolaan sampah mandiri, teknologi pengolahan sampah alternatif, pengenalan biopori, budi daya maggot, pengembangan kelembagaan dan organisasi, serta marketing produk sampah.

"SeSaMa mengolaborasikan kegiatan sosialisasi, pelatihan, studi banding, inisiasi kelompok, pendampingan hingga monitoring evaluasi melalui lomba di akhir program. Program ini juga membuka peluang kemitraan masyarakat dengan berbagai pihak dalam pelaksanaan kegiatan hingga pemasaran produk-produk yang dihasilkan. Hal ini dilakukan dalam rangka menjaga keberlanjutan program,” kata dia saat acara peluncuran di Botani Square, Bogor.

Prof Sumardjo menambahkan, “SeSaMa diharapkan menjadi solusi pengurangan sampah yang telah menjadi masalah di berbagai wilayah. Adapun keberhasilan pengurangan sampah akan sangat tergantung dari kesadaran masyarakat sebagai sumber penghasil sampah untuk berpartisipasi dalam gerakan pengelolaan sampah.”

Oleh karena itu, sebut dia, membangun kesadaran dan partisipasi menjadi kunci penting dalam program SeSaMa. Ia berharap program ini akan terus menyebar ke wilayah lain sehingga semakin banyak masyarakat terlibat.

Dr Agit Kriswantriyono sebagai salah satu inisiator SeSaMa menyampaikan, program ini telah berhasil melahirkan kader-kader lingkungan yang diharapkan menjadi technosociopreneur dalam pengelolaan sampah. Hasil lainnya di Kelurahan Kebalen, Bekasi, Jawa Barat sebagai pilot project, mampu meningkatkan partisipasi masyarakat di sana yang terdiri dari 250 Rukun Tetangga (RT) dan 29 Rukun Warga (RW).

“Selama tahun 2020-2023, sampah yang terkelola oleh bank sampah di Kebalen adalah sebanyak lebih dari 55,13 ton. Nilai economic circular atau pendapatan bank sampah mencapai Rp 124.642.441,” urainya.

Selain itu, terdapat minimal delapan jenis produk daur ulang seperti tas plastik, masker, pupuk kompos, pupuk organik cair (POC), mol, ekoenzim, maggot dan pot plastik. Ada pula beragam produk olahan pangan hasil kebun masyarakat.

“Melalui program ini, terbentuk delapan bank sampah. Saat ini, terus dilakukan penguatan dan sedang dalam proses pembentukan Ikatan Bank Sampah Kebalen. Kami juga memberikan apresiasi melalui lomba kebersihan di Kabupaten Bekasi,” pungkasnya.