BOGOR, CEKLISSATU - Mahasiswa program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 3 Universitas Djuanda (UNIDA) kunjungi Pura Parahyangan Agung Jagatkarta.


Pura ini merupakan tempat ibadah umat hindu terbesar ke-2 setelah Pura Besakih di Bali. Juga merupakan tempat petilasan dan pemujaan terhadap Prabu Siliwangi dan para Hyang dari Pakuan Pajajaran yang pernah berdiri di Parahyangan.


Berada di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut, Pura ini dikelola oleh Yayasan Giri Tamansari. Didirikan pada tahun 1995, hingga akhirnya diresmikan/disakralkan pada tahun 2005.

Baca Juga : Lagi banyak Pikiran? Ini Pilihan Olahraga untuk Membantu Redakan Stres


Pura ini memiliki tiga area, mulai dari teluar hingga terdalam/inti yang dinamai Kanista Mandala, Madya Mandala dan Utama Mandala. 


Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Djuanda sekaligus Pembimbing Modul Nusantara Kelompok 1 Sadulur Kadeudeuh Faisal Tri Ramdani memaparkan bahwasannya kegiatan ini menjadi salah satu outcome dalam kerangka kerja logis modul nusantara yaitu Mahasiwa mampu memiliki peningkatan toleransi dalam menjaga kebinekaan global.


“Outcome yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mahasiwa mampu memiliki peningkatan toleransi dalam menjaga kebinekaan global melalui kegiatan observasi dan diskusi yang juga menghadirkan narasumber sebagai bentuk Kebhinekaan dalam menjalankan kegiatan modul nusantara,” ujarnya.


Di area dalam Pura terdapat Pura Melanting dan Pura Pasar Agung, juga terdapat pelinggih-pelinggih yang digunakan untuk beribadah atau berdoa.


Marlon R Patandung, mahasiswa asal Universitas Cokroaminoto Palopo anggota Modul Nusantara kelompok Sadulur Kadeudeuh menyampaikan antusiasnya.


"Toleransi beragama begitu kuat, bahkan pengunjung di luar ajaran hindu pun dijamu dengan baik. Semoga nilai toleransi ini bisa terus saya terapkan di daerah asal," katanya.