JAKARTA, CEKLISSATU - Juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Stephane Dujarric menyatakan penodaan kitab suci dan rumah ibadah tak bisa ditolelir.

Pernyataan PBB itu disampaikan sebagai jawaban atas kasus pembakaran AlQuran di Swedia.

"Yang kita butuhkan adalah saling menghormati. Saya kira kami sudah jelaskan bahwa penodaan kitab suci dan rumah ibadah tidak bisa ditolelir," kata dia kepada pers sebagaimana diwartakan Anadolu, dikutip dari Antara 22 Juli 2023.

Dujarric menyebut perilaku tersebut biasanya dilakukan sebagai tindakan provokasi. Karena itu, Dujarric menekankan pentingnya agar masyarakat dunia tidak terprovokasi.

Dia menyatakan orang-orang seharusnya saling menghormati agama lain, tidak main hakim sendiri, dan menghindari aksi kekerasan.

Pada Kamis pagi, sekelompok orang Irak menyerbu Kedutaan Besar Swedia di Baghdad.

Mereka membakar gedung kedutaan besar sebagai protes atas pembakaran kitab suci AlQuran yang terjadi pada 28 Juni dan dilakukan oleh Salwan Monikoa, pria kelahiran Irak yang tinggal di Swedia.

Kementerian Luar Negeri Swedia mengutuk serangan di kedutaan besarnya di Baghdad, yang disebutnya sebagai "pelanggaran serius" terhadap Konvensi Wina.

Banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Turki, Irak, Pakistan, Indonesia, Afghanistan dan negara-negara Islam lainnya, mengutuk serangan terhadap kompleks kedutaan besar Swedia itu.

Swedia menyatakan tengah menyelidiki insiden tersebut.

Menyusul serangan terhadap misi diplomatik Swedia itu, Momika kembali menodai AlQuran dengan menginjaknya dan juga bendera Irak di depan Kedutaan Besar Irak di Swedia.

Insiden Kamis itu terjadi setelah Irak memperingatkan Swedia akan memutuskan hubungan diplomatik jika penodaan Al-Quran terjadi lagi.

Baghdad melangkah lebih jauh dengan mem- persona non grata-kan duta besar Swedia setelah Al-Quran untuk kedua kalinya dalam sebulan dinodai kembali.