JAKARTA,CEKLISSATU - Penyebaran nyamuk Wolbachia meninggalkan keraguan di kalangan masyarakat. Dikhawatirkan bahwa ketika dilepaskan ke alam, nyamuk Wolbachia akan berdampak negatif. Padahal, nyamuk Wolbachia telah terbukti efektif dalam menekan kasus DBD.

Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kemenkes RI, Ngabila Salama, menjelaskan bahwa terdapat beberapa unsur penting yang perlu diperhatikan untuk mendukung penyebaran nyamuk Wolbachia, yaitu media, masyarakat, swasta, dan akademisi. Dia berharap agar masyarakat tidak mempercayai berita hoax atau asumsi yang tidak benar.

“Untuk isu wolbachia ini banyak hoax, asumsi, provokasi yang meresahkan masyarakat diviralkan untuk menolak program baik ini. Maka dari itu kita jangan pernah capek dan kalah dalam menyuarakan info yang benar tentang wolbachia nyamuk baik ini,” kata Ngabila, Senin, 4 Desember 2023.

Menurutnya, studi dan riset dapat membantu dalam penyebaran informasi tentang Wolbachia, yang merupakan metode yang aman untuk mengendalikan populasi nyamuk. Wolbachia tidak dapat bertahan hidup di tubuh manusia, sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.

Selain itu, Wolbachia tidak melibatkan rekayasa genetik dan merupakan bakteri alami yang sudah ada sekitar 60 persen di serangga. Oleh karena itu, Wolbachia dapat dianggap sebagai metode yang ramah lingkungan dan manfaatnya tidak perlu diragukan lagi.

“Justru kalau kasus DBD terus meningkat, dan fogging dilakukan secara terus menerus, maka ini yang akan berpotensi membuat nyamuk dan virus bermutasi serta serangga lain juga ikut terganggu,” ucap Ngabila.

Lebih lanjut, Ngabila mengatakan meskipun Indonesia telah merdeka selama 78 tahun, masih banyak warga, terutama anak-anak, yang terserang DBD dan bahkan meninggal dunia akibatnya. Namun, dengan adanya inovasi Wolbachia, inovasi ini dapat menurunkan kasus hingga kematian DBD.

"Data hasil penelitian sudah terbukti. Riset dan data dibantah jangan dengan narasi sesaat, asumasi, provokasi tanpa bukti," tutur Ngabila.