JAKARTA, CEKLISSATU - Anggota Komisi IX DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Netty Prasetiyani meminta pemerintah secara ketat mengawasi obat batuk asal India yang diduga menjadi penyebab gagal ginjal pada anak di Gambia.

“Meskipun menurut BPOM empat obat sirup tersebut tidak terdaftar di Indonesia, namun harus tetap diawasi ketat jika ada yang mengedarkan. Kita tahu ada banyak obat yang tidak terdaftar di BPOM ataupun Kemenkes, tapi bisa beredar luas,” kata Netty dalam keterangannya, Rabu 19 Oktober 2022.

Netty juga meminta pemerintah menggencarkan edukasi publik, khususnya orangtua soal kasus gangguan ginjal akut pada anak.

Pasalnya, dia melihat banyak orangtua yang masih menganggap penyakit ini sebagai flu ataupun pilek biasa sehingga penanganannya tak tepat sasaran.

Baca Juga : Kasus Gangguan Ginjal Akut Meningkat, Kemenkes Larang Apotek Jual Obat Sirup Anak

"Edukasi publik ini menjadi penting karena masih banyak masyarakat yang belum mengenali gejalanya dan tindakan apa yang harus dilakukan jika anak-anak mengalami gangguan ginjal akut," ujar Netty.

Netty menjelaskan, saat ini informasi soal penyakit gangguan ginjal akut pada anak masih simpang siur.

"Komunikasi publik seperti inilah yang harus dikelola dengan baik oleh Kemenkes maupun BPOM, sehingga masyarakat memiliki pengetahuan yang benar dari sumber resmi dan bisa mencegah dampak dari kesimpangsiuran informasi itu," pinta Netty.

Netty khawatir ketika masyarakat tidak mengenali gejala penyakit, maka penanganannya akan terlambat.

Hal tersebut bahkan bisa berujung pada kematian, seperti yang dialami 11 anak di Bali beberapa waktu lalu.

“Oleh karena itu pemerintah harus melakukan sosialisasi mengenai penyakit ini secara masif dengan berbagai strategi dan platform media," jelasnya.

Sebagai informasi, hingga kini tercatat 192 kasus gangguan ginjal akut misterius di 20 provinsi di Indonesia, termasuk DKI Jakarta, Jawa Barat, hingga Aceh.

Data tersebut merupakan data kumulatif sejak Januari 2022. Rinciannya, 2 kasus di Januari, 2 kasus di bulan Maret, 6 kasus pada bulan Mei, 3 kasus pada Juni, 9 kasus di bulan Juli, 37 kasus di bulan Agustus, dan 81 kasus di bulan September.