CIANJUR, CEKLISSATU - SDN 2 Cibaregbeg, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, kekurangan ruang kelas akibat bangunan sekolah nyaris ambruk. 

Pihak sekolah pun terpaksa membuat kebijakan menyatukan kegiatan belajar siswa dalam satu ruangan kelas. Sementara sisanya ada yang belajar di lantai. 

Kepala SDN 2 Cibaregbeg Siti Mardiyah menuturkan dalam satu ruang kelas saat ini diisi oleh 63 siswa. Padahal idealnya, dalam satu kelas tidak kurang dari 30 sampai 40 siswa. 

Menurutnya, hal terpaksa ia lakukan mengingat struktur bangunan dua ruang kelas sudah rapuh bahkan sudah ambrol pada bagian pondasi. Sehingga dikhawatirkan sewaktu-waktu ambruk dan menimpa siswa yang sedang belajar.

"Yang satu ruangan dipaksakan dipakai belajar untuk dua kelas dikarenakan tidak ada ruangan yang lain,"  yang dua itu ternyata ambrol dan yang paling pojok itu saja sudah jebol," ujar Siti, Minggu 2 Oktober 2022.

Dari hasil penelusuran, bangunan sekolah yang ambrol rupanya pada pondasi bangunan tidak memiliki cakar ayam untuk menopang bangunan agar lebih kuat.

"Ternyata pondasinya tidak pakai cakar ayam. Ya sementara kita menggunakan ruangan yang dianggap aman gitu," ungkapnya.

Selain kekurang ruang kelas, di sekolah ini juga memiliki keterbatasan meja dan kursi sebagai sarana pendukung kegiatan belajar siswa. Alhasil, satu meja dipakai oleh empat siswa.

Sementara siswa yang tak kebagian kursi dan meja, mereka terpaksa harus belajar di lantai. Ia menyebut siswa yang belajar berhimpitan di antaranya kelas I dan IV. 

"Karena satu kelas itu ada diisi 53-62 orang jadi ya banyak yang mengeluh karena ga nyaman. Malah sampai memicu pertengkaran kecil karena duduknya saling sikut gitu," terangnya. 

Reihan (11) salah satu siswa kelas V SDN 2 Cibaregbeg mengaku merasakan tidak nyaman saat belajar karena sempit dan tidak leluasa. 

"Ngak nyaman pak, ini aja sempit gak bisa gerak, uda gitu berisik dicampur sama kelas lain," akui Reihan.

Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid ) SD Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Arifin menyebutkan tercatat ada 1.649 ruang kelas SD yang rusak berat, 1.952 rusak sedang dan 1.605 rusak ringan. 

Ia mengatakan ruang kelas tersebut sudah lama rusak. Ia mengklaim kerusakan umumnya disebabkan faktor alam atau cuaca buruk. Selain itu, tidak ada anggaran pemeliharaan selama Covid 19. 

"Kalau rusaknya sudah lama ya semenjak saya sebelum menjabat sekarang. Faktornya  kondisi alam dan Pademi Covid 2 tahun sekolah kan tidak digunakan," ujarnya.

Di sisi lain, jumlah siswa tak sebanding dengan ruang kelas membuat setiap SD di tiap kecamatan kekurangan ruang belajar baru. 

"Selain rusak, tiap sekolah (red- SDN) juga kekurangan ruang belajar baru sebanyak 1.201 karena banyaknya peserta didik 253.296. Jadi kami berupaya mengajukan anggaran ke pemerintah ke DAK dan DAU mudah-mudahan bisa terealisasi," terangnya.

Sebab, dari 1.649 ruang kelas yang rusak berat hanya 22 sekolah yang masuk dalam realiasasi perbaikan sekolah di tahun 2023 nanti.

"Karena sekarang sistemnya masuk ke aplikasi mudah-mudahan tidak bergeser lagi ya itu jumlahnya 22 sekolah ya yang masuk perbaikan di tahun depan," ungkapnya.