BOGOR, CEKLISSATURencana Prabowo Subianto, presiden terpilih periode 2024-2029, untuk membentuk Presidential Club berisi para mantan presiden dinilai dengan adanya lembaga tersebut hanya ingin memberikan ruang kepada Joko Widodo atau Jokowi.

Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, sekaligus Pendiri Lembaga Studi Visi Nusantara Maju (LS Vinus), Yusfitriadi.

“Sangat mungkin dia hanya ingin memberikan ruang sebetulnya hanya kepada Jokowi, yang dikemas dalam Lembaga formal. Cuma kalau Jokowi saja yang dilibatkan tentu akan menjadi stigma buruk, akan menjadi bulan-bulanan publik. Maka akhirnya dilibatkanlah semuanya,” ungkap Yusfitriadi kepada ceklissatu.com.

Baca Juga : Soal Rencana Prabowo Subianto Bentuk Presidential Club, Begini Respon Djarot Saiful Hidayat

Yusfitriadi mengatakan, nantinya yang akan dominan di Lembaga itu adalah Jokowi. Apalagi sebelumnya Jokowi sempat berseloroh ‘dua hari saja rapatnya’. Hal itu menurut Yusfitriadi sudah menggambarkan bahwa ini memang untuk Jokowi.

“Kemudian, sangat mungkin memang sebagai bentuk orientasinya Prabowo, yang hari ini ingin membangun rekonsiliasi besar-besaran pasca Pileg,” ucap Yusfitriadi.

Yusfitriadi menyebutkan, karena bandul-bandul kekuatan politik itu adalah mantan presiden hari ini. Misalnya SBY dengan partai Demokratnya, kemudian Megawati dengan PDIPnya, begitupun Jokowi. 

“Jadi saya pikir dengan merangkul tiga kekuatan mantan presiden itu akan berpengaruh terhadap partai politik,” terangnya.

Baca Juga : Prabowo Wacanakan Presidential Club, Begini Respon Presiden Jokowi

Meski begitu, Yusfitriadi meyakini, Megawati Soekarnoputri tidak akan mau untuk masuk ke dalam Presidential Club itu.

“Ini kan pertama kali, tidak ada di dalam nomenklatur negara. Sehingga ketika Megawati menolak pun saya pikir itu tidak punya implikasi apapun. Juga Megawati mempunyai orientasi lain terkait pandangan politik,” tuturnya.

Yusfitriadi mengatakan, kemudian kelanjutannya ia mengaku termasuk orang yang tidak sepakat dengan adanya Presidential Club

Yusfitriadi beralasan, kalau pun akan menjadi forum konsultasi, itu bisa datang secara perseorangan. Misalnya, Prabowo datang ke Megawati, datang ke SBY, datang ke Jokowi bukan secara kelembagaan. 

Karena menurutnya, kalau kelembagaan akan berdampak punya kebijakan, punya forum pengambilan keputusan, punya dasar hukum, kemudian juga punya daya preasure yang lebih.

“Saya sepakat dengan Megawati untuk tidak masuk ke Presidential Club. Karena memang bagi saya ini adalah bukan hanya sekedar forum silaturahmi. Tetapi sudah amat sangat politis,” kata Yusfitriadi.