JAKARTA, CEKLISSATU – Badan Meteorologi dan Geofosika (BMKG) mengoptimalkan teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi cuaca ekstrem dan bencana hidrometeorologi di wilayah Jawa Tengah.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengatakan, teknologi modifikasi cuaca itu dilakukan di wilayah Semarang dan sekitarnya, untuk memicu hujan turun sebelum mencapai pemukiman penduduk.

“Banjir di Semarang dan sekitarnya dipicu oleh curah hujan tinggi dan intensitas yang tidak merata. Akibatnya, kapasitas sungai yang tidak lagi mampu menampung debet air akhirnya meluap, dengan amplifikasi banjir yang meluas terjadi setelah curah hujan ekstrem pada tanggal 13 Maret 2024,” jelas Dwikorita seperti dikutip dari keterangannya, Rabu 20 Maret 2024.

Baca Juga :   Kereta Api Jalur Pantura Alami Pembatalan, KAI: Jalur Rel di Wilayah Semarang Terendam Banjir

Dwikorita menjelaskan, pada periode tersebut berdasarkan catatan BMKG, curah hujan mencapai 388 mm atau masuk ke dalam kategori ekstrem dan berlangsung di Kecamatan Wonodri, Kota Semarang. Faktor tanggul jebol akibat debet air yang tinggi harus direspon sebagai ancaman serius bagi warga setempat khususnya mereka yang berada di wilayah Kabupaten Demak.

"Aktifnya gelombang Rossby Ekuator dan MJO berada di kuadran 4 mendukung potensi pembentukan awan konvektif dan juga adanya siklon bibit tropis yang meningkatkan pembentukan awan cumulonimbus dengan potensi hujan intensitas sedang - lebat yang berlangsung lama disertai petir dan dapat disertai dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah," jelas dia.

Untuk itu, BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang selama periode pancaroba. 

“Masyarakat juga bisa melihat informasi di InfoBMKG untuk memantau peringatan dini cuaca ekstrem agar dapat mengantisipasi bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor,” tutup dia.