JAKARTA,CEKLISSATU - Beberapa waktu lalu penerapan teknologi nyamuk Wolbachia untuk mengurangi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mendapat penolakan di Bali. Akibatnya, penyebaran nyamuk aedes aegypti yang mengandung bakteri Wolbachia ditunda sampai mendapat dukungan dari masyarakat dan kepala daerah.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, menanggapi bahwa penyebaran nyamuk Wolbachia di Denpasar, Bali, berjalan secara independen. Dengan kata lain, program ini tidak berada langsung di bawah Kementerian Kesehatan RI.

"Mungkin pemerintah daerahnya punya akses juga, mungkin punya peneliti langsung, bukan UGM ya. Mungkin peneliti langsung dari Australia, jadi dia bikin program sendiri," beber Menkes dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Selasa, 28 November 2023.

"Karena orang Australia kan senang ke Bali, takut kena dengue, jadi dia bantu langsung. Jadi memang kita hanya lihat dari kejauhan, nah ini yang ramai," lanjutnya.

Sejauh ini, Menkes mengatakan penyebaran nyamuk ber-wolbachia telah dilakukan di beberapa daerah seperti Semarang, Bontang, dan Kupang. Di Jakarta Barat, saat ini masih dalam tahap percobaan.

Sementara itu, di Bandung, saat ini masih dalam tahap persiapan. Selama ini, semua kegiatan dilakukan di bawah pengawasan Kemenkes.

"Kenapa nggak ada kegaduhan, karena kita mengikuti apa yang dilakukan di Yogyakarta," kata dia.

"Jadi sebelum implementasi, kita lakukan sosialisasi ke masyarakat, kita advokasi ke pemimpin dan tokoh-tokoh di sana, persiapan telurnya juga bersama masyarakat. Waktu kita taruh juga ada ibu asuhnya. Itu yang Kemenkes lakukan bersama dengan teman-teman dari Universitas Gadjah Mada (UGM)," pungkasnya.