BEKASI, CEKLISSATU - Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkapkan sejumlah temuan yang didapati usai melakukan pemeriksaan terhadap truk dan sopir yang terlibat kecelakaan maut di depan SD Negeri Kota Baru II dan III Kota Bekasi, Jawa Barat.

Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan menyatakan dari hasil investigasi bahwa truk tersebut kelebihan muatan total hingga lebih dari 200 persen.

"Lebih dari 200 persen atau lebih dari 2 kali lipat," kata Ahmad Kamis 1 September 2022.

Daya muat truk itu, kata Ahmad, hanya bisa mengangkut beban seberat 35 ton. Namun, truk muatan berupa besi hingga beton seberat 55 ton. Padahal muatan truk diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan.

Untuk kendaraan ganda, besarnya daya motor dibagi 5,5 akan menunjukkan berat jumlah yang diperbolehkan. Berat jumlah ini meliputi berat kendaraan ditambah muatannya.

"Berdasarkan data kendaraan daya motor 191 Kw dibagi 5,5 sama dengan 34,72 ton. Jadi daya motor hanya mampu mengakomodasi beban maksimal berat kendaraan dan muatannya sebesar kurang lebih 35 ton," papar Ahmad.

Baca Juga : 10 Korban Tewas Kecelakaan Maut Bekasi Teridentifikasi, 4 Orang Siswa SD

"Sementara berdasarkan struk timbangan yang ditemukan, kendaraan berat keseluruhan 70,560 ton dengan berat muatan 55,090 ton. Ini sudah jauh melampaui dari kemampuan mesin," sambung dia.

Namun, ia menyebut sopir truk tak memahami hal terkait jumlah muatan tersebut. Sopir mengaku hanya diperintah oleh atasannya untuk membawa muatan itu.

Meskipun truk tersebut kelebihan muatan hingga lebih dari 200 persen, tetapi kondisi truk dinyatakan layak jalan. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa semua sistem rem bekerja dengan baik dan tidak ditemukan kerusakan.

"Secara keseluruhan layak jalan dan tidak ada masalah dalam pengereman," ujar Ahmad.

Lebih lanjut, Ahmad menyebut sopir truk sempat bingung lantaran salah jalan. Sopir tersebut berencana ke Surabaya, Jawa Timur dari arah Narogong. Sopir yang mestinya masuk ke Tol Bekasi Barat namun justru masuk ke Kranji.

"(sopir) mengaku tidak mengantuk tapi bingung, salah jalan, bawa muatan berat, melalui jalan yang ramai, mau cari tempat putar enggak paham jalan, pada akhirnya dia mengalami penurunan kewaspadaan (lost of situation awareness)," ujar Ahmad.

Menurunnya kewaspadaan sopir itu, menjadi penyebab kecelakaan maut pada Rabu 31 Agustus. Alih-alih menggunakan gigi rendah saat melintasi jalan menurun, sopir malah menggunakan gigi tujuh.

"Dia posisi lagi cari tempat berputar, mau gigi tiga malah masuk gigi tujuh. Salah pindahin gigi kata dia," ujarnya.