JAKARTA,CEKLISSATU - Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengapresiasi keputusan Mesir untuk mengevakuasi sejumlah orang yang mengalami sakit parah dan luka-luka dari Jalur Gaza ke Mesir untuk mendapatkan perawatan medis.

"Kami bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan Mesir dalam merencanakan evakuasi medis dan akan terus memberikan dukungan," kata Tedros dalam laman resmi PBB.

Tedros menyampaikan pernyataannya setelah laporan mengenai pembukaan pintu lintas batas Rafah pada Rabu pagi untuk pertama kalinya sejak 7 Oktober.

Pembukaan tersebut memungkinkan sejumlah warga Palestina yang terluka, warga asing, dan warga dengan dua kewarganegaraan untuk meninggalkan Jalur Gaza.

Rafah merupakan satu-satunya pintu masuk ke Jalur Gaza yang tidak diawasi oleh Israel, yang telah melakukan blokade terhadap Jalur Gaza sejak 2007.

Menurut WHO, ribuan warga sipil di Jalur Gaza membutuhkan bantuan segera, terutama anak-anak yang mengalami luka parah.

Selain itu, lebih dari 1.000 orang membutuhkan dialisis ginjal agar bisa tetap hidup, lebih dari 2.000 orang membutuhkan terapi kanker, 45.000 orang menderita penyakit kardiovaskular, dan lebih dari 60.000 orang menderita diabetes.

"Pasien-pasien ini harus memiliki akses berkelanjutan terhadap layanan kesehatan di Gaza. Rumah sakit-rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya harus dilindungi dari pemboman dan serangan militer," kata WHO.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa sekitar 100 pasien setiap hari harus meninggalkan Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis khusus yang tidak tersedia di Jalur Gaza.

"WHO menyerukan akses mendesak dan dipercepat untuk bantuan kemanusiaan, termasuk bahan bakar, air, makanan dan pasokan medis”.