JAKARTA, CEKLISSATU - Italia meminta Uni Eropa melonggarkan aturan imigrasi untuk mencegah perdagangan orang yang menyebabkan ratusan orang tewas saat perjalanan di laut. Penyeberangan imigran ilegal tahun ini mencapai 106.000 orang.

Presiden Italia, Sergio Mattarella, mengatakan aturan imigrasi harus ditangani sebagaimana mestinya guna menyelamatkan banyak nyawa.

"Fenomena migrasi harus ditangani apa adanya: pergerakan global, yang tidak dapat dihapus dengan tembok atau hambatan," kata Mattarella.

Menurutnya, Uni Eropa dapat memberikan kuota secara teratur dalam upaya pencegahan atas maraknya perdagangan manusia.
"Kuota yang teratur, berkelanjutan, dan cukup tinggi adalah satu-satunya cara untuk memberantas perdagangan manusia yang kejam karena prospek dan harapan datang tanpa biaya dan penderitaan yang tidak manusiawi akan meyakinkan para migran untuk menunggu giliran mereka, tambahnya.

Italia sendiri sudah melonggarkan aturan dengan mengumumkan pada Juli bahwa akan meningkatkan kuota masuk bagi pekerja migran non-UE menjadi 452.000 untuk tahun 2023-2025.

Namun, jumlah tersebut masih di bawah permintaan 833.000 dari perusahaan dan serikat pekerja.

Mattarela, mengatakan bahwa tindakan perlu diambil pada tingkat UE. Migrasi telah lama menjadi isu politik sensitif di dalam blok tersebut, menghambat keputusan bersama oleh 27 negara anggotanya.

Dalam pidatonya, Mattarella mengatakan bahwa ia menyimpan sebuah gambar seorang remaja korban tenggelamnya kapal migran yang membawa laporan sekolah yang dijahit di dalam jaketnya, menunjukkan bahwa ia ingin datang ke Eropa untuk belajar.

"Gambar ini mengingatkan saya bahwa di balik angka dan persentase migrasi yang sering kita sebutkan, ada banyak individu, masing-masing dengan cerita, proyek, impian, dan masa depan mereka sendiri," kata Mattarella.