JAKARTA,CEKLISSATU - Israel dilaporkan meminta bantuan militer darurat senilai $10 miliar dari Amerika Serikat, menurut laporan The New York Times pada Senin malam. 

Permintaan ini sedang dimasukkan dalam sebuah rancangan undang-undang di Kongres AS, yang juga mencakup pendanaan yang diminta oleh pemerintahan Biden untuk Ukraina, Taiwan, dan perbatasan AS-Meksiko.

Ketua Senat Mayoritas Chuck Schumer, selama kunjungannya ke Israel, mengumumkan bahwa para anggota parlemen AS akan memberikan dukungan militer kepada Tel Aviv, termasuk amunisi 155mm, amunisi pengganti untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome, bom berpandu presisi, dan peralatan JDAM untuk mengubah bom biasa menjadi amunisi presisi.

Pasca serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza yang menyebabkan lebih dari satu juta orang mengungsi, hampir setengah dari total populasi di wilayah tersebut, menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

Gaza mengalami krisis kemanusiaan yang sangat serius karena tidak adanya listrik, sementara persediaan air, makanan, bahan bakar, dan perlengkapan medis hampir habis. 

Warga sipil telah mengungsi ke wilayah selatan setelah Israel memberikan peringatan untuk mengosongkan wilayah utara.

Konflik ini dimulai ketika Hamas memulai Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober, yang melibatkan serangan serentak termasuk penembakan roket dan upaya infiltrasi ke Israel melalui darat, laut, dan udara. 

Tindakan ini sebagai balasan terhadap masuknya ke Masjid Al-Aqsa dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Kemudian, militer Israel meluncurkan Operasi Pedang Besi dengan sasaran Hamas di Jalur Gaza.

Sedikitnya 2.808 warga sipil Palestina, termasuk 750 anak, meninggal dunia akibat serangan udara Israel di Gaza.

Selain itu, lebih dari 1.400 warga sipil Israel juga tewas dalam konflik tersebut.