JAKARTA, CEKLISSATU - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengungkap stok cadangan beras di Bulog mulai menipis untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Padahal kondisi produksi beras Indonesia disebut-sebut mencapai surplus 7 juta ton.

Mendag Zulkifli menilai pemerintah harus mengambil keputusan sulit dengan melakukan impor dari stok di luar negeri. Apalagi Indonesia tidak pernah melakukan impor beras dalam 2 tahun terakhir.

"Sekarang (harga) beras naik, tak mudah ambil keputusan (untuk impor beras) karena kita sudah 2 tahun gak impor beras gitu ya," kata dia dalam Rilis Survei Nasional Proyeksi Ekonomi Politik Nasional di YouTube Poltracking Indonesia, Kamis 8 Desember 2022.

"Nah, tetapi ini harus dilakukan, data memang (menunjukkan produksi beras) surplus 7 juta (ton), tapi stok Bulog-nya kosong, ada, bukan kosong, tapi gak banyak," sambungnya.

Stok beras di Bulog menipis, kata Zulkifli, membuat keyakinan terhadap kecukupan kebutuhan di Indonesia terganggu. Dengan begitu, mempengaruhi harga jual di lapangan.

Baca Juga : Berusaha Bubarkan Parlemen, Presiden Peru Ditangkap Polisi

Untuk mengatasi lonjakan harga yang terjadi, maka dilakukan berbagai cara. Mulai dari merubah harga pembelian dari petani, hingga memutuskan untuk impor dari negara lain.

"Nah kalau stok Bulog tak banyak itu confindencenya terganggu, harga bisa loncat-loncat, akhirnya kita rapat berkali-kali, 3 kali, 4 kali rapat. Kita cari agar dapat beli. Harga beras paling tinggi Rp 8.200 per kilogram, kita ubah sekarang beli paling lebih Rp 8.200 per kilogram boleh beli (dengan harga) Rp 10 ribu (ke petani)," tuturnya.

Menurutnya, langkah-langkah ini diklaim sebagai cara pemerintah untuk mengendalikan harga beras. 

"Jadi betapa detail pekerjaan, akhirnya diputuskan, walaupun kurang enak, kita harus membeli persediaan beras di luar negeri agar harga di pasar bisa terkendali dengan baik," pungkasnya.