JAKARTA, CEKLISSATU - Banyaknya anak kecil, bahkan orang dewasa yang takut akan jarum suntik, mendorong drg Ika Dewi Ana untuk menciptakan vaksin yang ramah anak.

Inovasi Vaksin yang diciptakan oleh dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM) ini cukup ditempel seperti koyo. 

Dalam mengerjakan inovasi tersebut, Ika bekerja sama dengan tim yang beranggota lima peneliti. Sejumlah tantangan pun dihadapi. Salah satunya harus mencoba sejumlah peralatan yang berbeda. Hal itu perlu dilakukan untuk menemukan formulasi yang paling efektif.

Baca Juga : Satelit Karya Anak Bangsa Meluncur ke Luar Angkasa            

Hambatan lainnya, mencari antigen atau protein yang paling efektif digunakan. Jadi, meskipun menggunakan cara ditempel, dapat merasuk ke tubuh dengan maksimal. Sampai akhirnya antibodi seseorang bisa terbangun maksimal.

Melalui inovasi itu, vaksinasi tak lagi dilakukan dengan injeksi atau suntikan, melainkan cukup ditempel, seperti orang yang sedang memakai koyo. Bedanya, ini tidak panas. 

"Material karbonat apatit bahan pembuatan vaksin itu terdiri atas beberapa unsur atau kandungan. Yakni, kalsium, fosfat, dan karbonat. Tiga unsur tersebut lantas diproses menjadi nanopartikel. Setelah itu, karbonat apatit tersebut siap digunakan sebagai adjuvan atau kendaraan vaksin untuk masuk ke dalam tubuh," ungkap Ika seperti dilansir dari Instagram Brin, Rabu 30 November 2022.

Secara prinsip, inovasi nanokarbonat apatit bisa digunakan untuk membawa vaksin apa pun ke dalam tubuh manusia. Termasuk vaksin Covid-19 yang ramai diperbincangkan saat ini.

Dari hasil tes, meski ditempel, vaksinasi ramah anak yang dikembangkan drg Ika Dewi Ana dan tim tetap menghasilkan respons tubuh yang bagus. Sudah masuk tahap prototipe dan Ika berharap bisa segera diproduksi massal.

Seperti juga vaksinasi tempel yang kelak jika sudah diproduksi massal bakal banyak membantu. Jadi, tak akan ada lagi anak-anak yang lari terbirit-birit untuk menghindari vaksinasi atau imunisasi. Atau bapak-bapak tentara dan polisi yang sampai harus dipegangi kawan-kawannya, saking takutnya pada jarum suntik.

Hasil inovasi Ika ini berhasil membuatnya memenangkan Habibie Prize, dalam kategori ilmu kedokteran dan biologi.