JAKARTA, CEKLISSATU - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mengalami pembengkakkan mencapai USD1,449 miliar atau setara Rp21,7 triliun.

Hal ini berdasarkan perhitungan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Adanya pembengkakan biaya terhadap proyek KCJB disebabkan adanya biaya pengadaan lahan yang memakan porsi besar terhadap biaya proyek KCJB. 

Juga kondisi geologi di tunnel 2 yang cukup ekstrem, pandemi covid, penggunaan frekuensi GSM-R yang membutuhkan biaya investasi mahal dan biaya investasi intalasi listrik yang masih mahal.Baca Juga : Tiket KCJB Dijual Rugi di 3 Tahun Pertama

Peneliti Senior Masyarakat Transportasi Indonesia Bidang Pembiayaan Infrastruktur, Refi Patra Gadia menilai perencenaan proyek KCJB tidak baik, sehingga terjadinya pembengakan biaya dan mangkraknya proyek KCJB.

"infrastruktur itu kita melihatnya keseluruhannya baik dari perencanaan, pelelangan, pelaksanaan sampai dengan eksekusi. Kita lihat memang salah satu yang menjadi tantangan ini salah satunya yakni pembebasan lahan dan kondisi tanah yang tidak stabil. Biasanya yang namanya pembangunan infrastruktur di awal-awal perencanaan atau penyiapan itu menurut saya harusnya sudah ada melakukan definisi untuk daerah yang cukup criticalnya," katanya di Jakarta, Kamis 15 Desember 2022.

Proyek KCJB merupakan proyek stratgis nasional dan proyek kereta cepat pertama di Indonesia, sehingga adanya hal-hal yang menyebabkan terkendalanya proyek tersebut tidak terjadi.

"Jadi harusnya dari uji ini kita udah dapat menggambarkan sejauh mana resiko-resiko yang akan dihadapi dan akan terekspor kepada investor yang akan melakukan kegiatan itu dan itu menjadi hal yang penting seharusnya bahwa kejadian molornya yang disebabkan oleh tanah itu harusnya sudah terantisipasi oleh dokumen perencanaan dengan cara baik," tutupnya.