AKARTA,CEKLISSATU - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyambut baik keputusan Mesir untuk menerima 81 orang yang sakit dan luka-luka dari Jalur Gaza guna menerima perawatan di Mesir.

Pernyataan tersebut diunggah di platform media sosial X.

Mesir mulai menerima warga Gaza yang terluka serta beberapa pemegang paspor asing untuk keluar melalui pintu lintas batas Rafah. 

Keputusan pembukaan perbatasan di Rafah terjadi setelah Qatar memediasi kesepakatan antara Mesir, Israel, dan Hamas yang memungkinkan evakuasi terbatas dari Jalur Gaza.

Peristiwa ini menandai pembukaan pertama kalinya perbatasan Rafah untuk mengizinkan warga Palestina yang terluka dan pemegang paspor asing keluar, sejak konflik antara Israel dan kelompok militan Palestina Hamas pecah pada 7 Oktober 2023.

Rafah adalah satu-satunya pintu masuk ke Jalur Gaza yang tidak dikendalikan Israel, yang memblokade Jalur Gaza sejak 2007.

WHO bekerja sama dengan otoritas Mesir untuk merancang dan memperkuat sistem kesehatan darurat serta evakuasi medis yang komprehensif, termasuk pelatihan untuk tim ambulans, seperti yang dilaporkan oleh PBB di situs resmi mereka.

Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan melalui platform media sosial X bahwa perhatian terus diperlukan untuk memenuhi kebutuhan mendesak ribuan pasien di Gaza. 

Hal ini mencakup perlunya melindungi fasilitas rumah sakit serta memastikan aliran bantuan medis yang lancar menuju Jalur Gaza.

WHO menekankan bahwa ribuan warga sipil di Jalur Gaza memerlukan bantuan segera, terutama anak-anak yang terluka parah.

WHO mencatat lebih dari 1.000 orang membutuhkan dialisis ginjal agar bisa tetap hidup, lebih dari 2.000 orang membutuhkan terapi kanker, 45.000 orang menderita penyakit kardiovaskular, dan lebih dari 60.000 orang menderita diabetes.

Badan tersebut menyebut sebelum 7 Oktober 2023, sekitar 100 pasien setiap hari harus pergi ke luar Jalur Gaza untuk mendapatkan perawatan medis khusus yang tidak tersedia di Jalur Gaza.