CIANJUR, CEKLISSATU - Dampak cuaca buruk yang terjadi akhir-akhir ini mengakibatkan para petani cabai rawit di Kampung Pasir Cina, Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Cianjur, Jawa Barat merugi 50 persen, akibat cabai membusuk.

Suhendar (45) pemilik lahan Cabai rawit menuturkan, selama musim penghujan ini lahan Cabai seluas 80 hektar, menurun hingga 50 persen saat panen.

"Di musim hujan ini cabai jadi busuk. Ya pengaruh juga saat panen itu menurun sampai 50 persen,"ungkapnya.

Masih kata Suhendar, harga cabai rawit ditingkat petani masih berkisar Rp.35 - Rp. 40 ribu perkilogramnya. 

Baca Juga : Kawanan Maling Berkeliaran di Pom Bensin Satu Motor Karyawan Diembat

"Kalau harga di kita ini masih Rp 35- Rp 40 ribu perkilonya ya," ujarnya.

Terpisah pantauan di Pasar Muka, Kecamatan Cianjur Kota, harga cabe rawit yang biasa dijual Rp30 ribu-Rp35 ribu per kilogram, kini dijual Rp90 ribu-Rp95 ribu per kilogram.

Salah  satu pedagang cabai Erdan (45) di Pasar Muka, Kelurahan Muka, Kecamatan Cianjur Kota mengatakan mahalnya harga cabai sudah terjadi sejak akhir tahun 2022. 

"Kalau mahalnya sebelum tahun baru saja pak, ini seperti cabai hijau  dari harga Rp 32 ribu perkilo sekarang jadi rp.75 ribu perkilo, nah yang paling mahal cabai rawit pak dari Rp.30-35 ribu perkilo sekarang naik Rp.95 ribu sampai Rp. 95 ribu perkilo," ujarnya.

Erdan mengungkapkan selain cabai harga komditi lainnya juga mengalami kenaikan namun kenaikan yang paling tinggi harga cabai. Masih kata Erdan mahalnya harga cabai disebabkan pasokan yang minim dari petani Cabai akibat cuaca buruk.

"Kalau dari sayuran-sayuran lain sih juga naik tapi yang paling mahal itu harga cabai, mungkin karena cuaca buruk biasanya pasokan dari petani itu berkurang," terang Erdan.
 
Mahalnya harga cabai ini kata Erda membuat sepi pembeli dan mengalami penurunan omset sekitar 30 persen.

"Ya biasanya kalau lagi harga normal banyak yang beli pak kalau sekarang paling yang beli biasanya 5 kilo sekarang paling cuma beli sekilo itu juga yang biasanya yang punya rumah makan kecil dan omset saya juga menurun 30 persen," akuinya.

Sementara, salah seorang pembeli, Yulia, mengaku cukup keberatan dengan naiknya harga cabe-cabean karena menjadi salah satu kebutuhan memasak yang harus ada setiap hari.

"Pada naik harganya. Sedangkan yang di rumah kebanyakan sukanya makanan pedes," ujar dia.

Saat harga normal, ia mengaku membeli setidaknya seperempat kilogram cabe rawit dan bisa bertahan selama kurang lebih seminggu.

"Sekarang dapat sedikit, mahal. Seperempat itu nggak nyampe seminggu," katanya.

Karena itu, ia berharap agar harga cabe-cabean bisa secepatnya kembali normal karena memang cukup dibutuhkan masyarakat untuk kebutuhan memasak sehari-hari.

"Tolonglah, turunin gitu yah, ke siapa yah. Biar jangan mahal-mahal gini," ucap Yulia.