JAKARTA, CEKLISSATU - Sejumlah negara termasuk mulai meninggalkan penggunaan dolar AS dan beralih memakai mata uang lokal untuk transaksi internasional.

Dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN pada 9-11 Mei 2023, Indonesia akan mendorong perluasan pemakaian mata uang lokal di kawasan Asia Tenggara.

Hal ini dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap mata uang asing, khususnya dolar AS.

Pemanfaatan mata uang lokal akan dilakukan melalui kerja sama secara bilateral antar negara ASEAN yang disebut dengan local guarantee settlement.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengajak ASEAN tinggalkan dolar AS. Perry Warjiyo menyebut bahwa BI terus mempercepat dan memperluas kerjasama penggunaan local currency transaction atau transaksi menggunakan mata uang lokal sebagai langkah menuju dedolarsisasi.

"Selain ASEAN 5 yang sudah jalan, Indonesia-Malaysia Rupiah Ringgit, Indonesia-Thailand Rupiah Baht, misalnya, transaksi perdagangan dan investasi maupun juga sekarang antara sistem pembayaran dengan local currency transaction secara bilateral, tidak lagi melalui konversi atau nilai tukar," ujar Perry dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, pada Senin 8 Mei 2023.

Dengan Jepang juga sudah berjalan cepat, dan sebelumnya dengan China pun demikian. Minggu lalu, BI sudah resmi menandatangani kesepakatan local currency transaction ini dengan Korea Selatan.

"Sehingga ini akan mempercepat dan memperluas penggunaan local currency dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi serta sistem pembayaran. Dengan semakin luasnya penggunaan local currency, tentu saja stabilitas nilai tukar juga akan lebih terjaga," ungkap Perry. 

Dia mengatakan bahwa transaksi ini juga akan lebih efisien dengan biaya transaksi yang murah. 

"Yang dulu misalnya, kawan-kawan ke Thailand, atau orang Thailand ke sini, dari sini dari Rupiah, tukar ke dolar AS dulu. Dari dolar AS tukar ke Baht, kemudian pergi membeli oleh-oleh di sana. Sekarang kan cukup dengan HP saja, QR kita sudah menyambung dengan QR mereka, secara cepat bisa selesai, biaya transaksi akan lebih murah," tambah Perry.

Perry menekankan bahwa sekali lagi, upaya perluasan dan percepatan local currency transaction untuk perdagangan dan investasi di ASEAN, dan juga berbagai negara ASEAN.

"Dengan semakin penggunaannya local currency, tentu biaya transaksi lebih murah, dan risiko nilai tukarnya itu juga lebih rendah. Yang dulunya harus dikonversikan ke dolar, dolar ke local currency, sekarang kan tidak melalui dolar lagi. Itu yang terus dilakukan. Dan ini juga dilakukan ke berbagai negara," jelas Perry.

Dia mengatakan, memang sejauh ini masih sebagian besar transaksi dunia masih menggunakan dolar. Tetapi, seperti data yang sudah dirilis oleh IMF beberapa waktu lalu, penggunaan dolar dalam transaksi perdagangan terus menurun.

"Yang dulunya 70%, turun, turun, turun, sekarang mendekati 50%. Dan ini yang kita sebut diversifikasi currency yang semakin mendukung stabilitas moneter, nilai tukar, dan juga stabilitas sistem keuangan global," pungkas Perry.