JAKARTA, CEKLISSATUJepang dan China harap-harap cemas, jika Amerika gagal bayar utang.

Tenggat bayar utang Amerika semakin dekat, yaiut 5 Juni.

Hal itu karena Jepang dan China adalah investor asing terbesar dalam utang pemerintah Amerika. China dan Jepang punya US$ 2 triliun atau Rp 30.000 triliun (kurs Rp 15.000) dari Rp 11.400 triliun sekuritas Treasury AS yang dipegang negara asing. 

Sekuritas Treasury Amerika merupakan obligasi pemerintah yang dikeluarkan Kementerian Keuangan AS untuk belanja pemerintah federal selain dari pajak. Beijing mulai meningkatkan pembelian Treasury Amerika pada tahun 2000, ketika Amerika mendukung masuknya China ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia yang memicu ledakan ekspor.

Baca Juga : Kehabisan Uang Tunai, Amerika Terancam Gagal Bayar Utang

Obligasi Treasury Amerika secara luas dianggap sebagai salah satu investasi teraman di Bumi.

Kepemilikan China atas utang pemerintah Amerika menggelembung dari US$ 101 miliar hingga mencapai US$ 1,3 triliun pada tahun 2013. China adalah kreditor asing terbesar ke AS Serikat selama lebih dari satu dekade.

Tetapi meningkatnya ketegangan dengan pemerintahan Trump pada 2019 membuat Beijing mengurangi kepemilikannya, dan Jepang melampaui China sebagai kreditor utama tahun itu. Tokyo sekarang memegang US$ 1,1 triliun, dibandingkan China yang sebesar US$ 870 miliar

Jumlah yang luar biasa besar itu membuat China dan Jepang rentan terhadap potensi jatuhnya nilai Departemen Keuangan Amerika jika skenario kiamat bagi Washington terjadi.

“Kepemilikan Treasury Jepang dan China yang besar dapat merugikan mereka jika nilai Treasuries anjlok,” kata Josh Lipsky dan Phillip Meng, analis dari Pusat GeoEconomics Dewan Atlantik, seperti dilansir dari CNN, Minggu 29 Mei 2023.

Jatuhnya nilai Treasuries akan menyebabkan penurunan cadangan devisa Jepang dan China. Artinya mereka akan memiliki lebih sedikit uang yang tersedia untuk membayar impor penting, melunasi utang luar negeri, atau menopang mata uang nasional mereka.

Namun demikian, “risiko nyata” berasal dari kejatuhan ekonomi global dan kemungkinan resesi Amerika yang dipicu oleh default atau gagal bayar utang.

“Itu menjadi perhatian serius bagi semua negara tetapi menimbulkan risiko khusus bagi pemulihan ekonomi China yang rapuh,” kata Lipsky dan Meng.

Tekanan deflasi semakin memburuk karena harga konsumen hampir tidak bergerak beberapa bulan terakhir. Kekhawatiran utama lainnya adalah melonjaknya tingkat pengangguran kaum muda, yang mencapai rekor 20,4% pada bulan April.

Perekonomian Jepang, sementara itu, baru menunjukkan tanda-tanda bangkit dari stagnasi dan deflasi, yang telah menghantui negara itu selama beberapa dekade.