BOGOR, CEKLISSATU - Sebenarnya, saya bukan pelanggan tayangan menonton film berbayar Netflix. Bagi saya, menjalankan perusahaan media saja sudah habis waktu, bagaimana bisa memiliki waktu senggang untuk duduk dan fokus menonton film selama 60 menit. Tetapi tim saya terus cerita. Meja redaksi sontak berubah membahas film itu setelah rapat dan membahas proyeksi. 

Akhirnya, saya coba sempatkan menonton film itu. Ya, saya ingat, ternyata film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso merupakan tayangan dokumenter dari kasus yang sempat menarik perhatian publik lebih dari satu bulan. 

Saya ingat, waktu kasus itu mencuat saya masih di lapangan. Setelah mencari berita, kami awak media selalu menyempatkan waktu bersama untuk berbincang-bincang sambil menikmati kopi. Saat kasus itu bergulir, hampir setiap hari menjadi pokok bahasan. Dari mulai sekadar obrolah, hingga taruhan. Jessica pembunuhnya atau bukan? 

Baca Juga : Siap-siap Akhir Oktober Whatsapp Tidak Bisa Digunakan di Ponsel-ponsel Ini. Cek Daftarnya Buruan!


Memang, kasus itu menarik meski yang dijadikan tersangka hingga yang jadi korban bukan publik figur. Cara korban meninggal yang begitu mendadak, dugaan kepada tersangka yang membunuh dengan racun, seringnya kemunculan ayah korban hingga dinginnya sikap tersangka menjadi bumbu-bumbu dari kasus itu yang tidak pernah terdengar menjadi usang. 

Tega, bahkan sadis, menjadi padanan kata yang mewakilkan kasus ini bila membahas cara si tersangka membunuh. Bayangkan, teman dekat mana yang tega dengan sadis membunuh kawannya dengan membubuhkan racun sianida di secangkir kopi. Lagi-lagi, kasus ini selalu menjadi pembahasan di segala lini obrolan. 

Kini, 7 tahun berselang kasus ini kembali mencuat. Bukan karena kebaruan hasil putusan, namun karena sebuah tayangan. Film dokumenter yang dibuat dan disajikan Netflix ini kembali membuat berbagai prasangka, berubahnya pola pikir hingga terkaan terhadap kasus itu. 

Memang, tayangan tersebut menyampaikan pandangan yang sangat jarang sekali mencuat di media pada saat itu. Entah sosok lain dari sang ayah, ketidakadilan yang diterima Jessica, hingga tidak adanya bukti yang jelas. Apalagi, pernyataan ahli forensik di film itu juga seolah menyampaikan bahwa bisa saja korban meninggal secara alami. 


Belum lagi, kembali muncul dugaan bahwa ternyata ada tersangka yang sesungguhnya dan Jessica hanya menjadi kambing hitam. 

Entah, tayangan film dokumenter ini akan kemana. Memang, bila langsung menyimpulkan hanya dari satu tayangan yang kurang lebih berdurasi 12 kali mengeliling lapangan sepak bola sambil berlari, agaknya kurang bijaksana. Meskipun, ada banyak riak-riak di dalam negeri hingga di dunia internasional yang mendorong kasus ini kembali dibuka di publik

Tetapi, di sesi akhir, sadar atau tidak, Netflix juga seolah-olah memberikan sinyal akan tayangan berikutnya yakni membahas kasus sang jenderal yang belum lama ini juga viral, yakni Fredy Sambo. 

Jadi, mau ke mana tujuan film Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso ini? Mari kita ikuti terus. Jangan lupa, sajikan kopi tanpa sianidanya ya. 


Salam,


Pemimpin Umum Ceklissatu.con
Suhairil Anwar