BOGOR, CEKLISSATU - Sebelas hari sudah pesta demokrasi lima tahunan digelar dari Sabang sampai Merauke. Perhitungan suara terus berjalan, ada yang sudah merasa menang dan ada juga yang sudah punya rencana mengajukan banding ke MK. Silakan, itu hak dan memang warna di setiap pesta ini digelar. 

Namun, sebelum pesan ini disampaikan secara panjang kali lebar, kami ingin mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi panitia pemungutan suara yang ada di lapangan. Tim Ceklissatu.com yang ada di lapangan kerap kali bercerita bahwa hampir semua TPS yang mereka liput, rata-rata bekerja hampir selama 36 jam. Sungguh usaha yang luar biasa bagi mereka yang ada di lapangan. Terima kasih. 

Selain itu, kami juga turut berduka cita atas wafatnya pejuang pemilu yang akhirnya menghembuskan nafas saat bertugas. Memang, rasa lelah, kepanikan, hingga riwayat penyakit menjadi faktor para pejuang pemilu ini harus menghembuskan nafas saat bertugas. Kami menekankan kepada Penyelenggara Negara khususnya KPU pusat untuk memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada keluarga yang ditinggalkan. 

Baca Juga : Angin Puting Beliung Seperti di Bandung dan Sumedang Berpotensi Terjadi di Daerah Lain


Namun, ironi lagi-lagi terjadi. Di tengah perjuangan mereka yang benar-benar serius di lapangan, harus diragukan hanya karena data yang tidak valid. Sebelas hari sudah perhitungan dilakukan. Dari mulai Quick Count berbagai lembaga survey hingga data real time KPU melalui aplikasi Si Rekap terus memberikan data baru. 


Namun lagi lagi namun, mengapa data di lapangan dengan data di Si Rekap bagaikan jauh panggang dari api. Tidak sinkron. Lalu, siapa yang bisa bertanggung jawab?


Memang, kami sudah mendengarkan keluhan ini dari para Pejuang Pemilu yang kerap kali mengeluhkan Aplikasi Si Rekap yang sulit untuk dipakai hingga ada beberapa data yang sulit diubah sehingga memakan waktu dalam bekerja. 


Ternyata, kemajuan teknologi yang ingin diusung oleh KPU belum bisa menjadi solusi di era yang katanya era kemajuan teknologi 4.0.


Ternyata, keterbukaan informasi yang ingin diusung oleh KPU belum bisa menjawab era yang katanya keterbukaan informasi publik. 


Bukan hanya di ajang pemilihan presiden, para kontestan di ajang pemilihan anggota legislatif dari tingkat pusat hingga daerah juga mempertanyakan kevalidan data ini. Data suara yang ada di Si Rekap dengan data C1 yang sudah disusun oleh Panitia KPPS di lapangan berbeda jauh. Ada apa ini?


Kami sebagai pemburu berita yang hidup dari klarifikasi dan klarifikasi jadi ingin bertanya dan mencari kebenarannya. 


Salam,


Suhairil Anwar
Pemimpin Umum Ceklissatu.com