BOGOR, CEKLISSATU - Indonesian Regional Science Association (IRSA), bekerja sama dengan IPB University, tepatnya Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB, Pusat Pengkajian Perencanaan dan pengembangan Wilayah (P4W) IPB secara bersama-sama menjadi host untuk menyelenggarakan konferensi internasional, The 18th IRSA International Conference dengan topik “Uncertainty in the Post-pandemic World: Securing the Regional Economy Resilience” yang dilaksanakan di IPB International Convention Center (IICC) - Bogor, Senin sampai dengan Selasa (17-18 Juli 2023).

Dr. Tony Irawan Ketua Panitia Konferensi internasional IRSA ke – 18 mengatakan, Konferensi internasional IRSA ini merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan untuk membahas isu-isu terkini terkait perkembangan perekonomian, termasuk kaitannya pada ekonomi regional. Pada tahun ini, tema konferensi IRSA fokus pada Kondisi Ketidakpastian Dunia Pasca Pandemi, sehingga diperlukan upaya dan solusi untuk memperkuat ketahanan ekonomi regional, termasuk perekonomian Indonesia. 


"Saat ini, Indonesia dan dunia memasuki era baru, walaupun Lembaga Kesehatan Dunia (WHO) dan pemerintah Indonesia telah resmi mencabut status pandemic Covid-19, namun tantangan baru yang dihadapi akan jauh lebih kompleks dan dinamis, terutama dalam aspek ekonomi,"katanya, Senin 17 Juli 2023.

Baca Juga : Cedera Saat Pertandingan Piala AFF 2023, 2 Pemain Timnas Dijamin BPJS Ketenagakerjaan


Kata dia, saat ini perekonomian nasional dan global menghadapi tantangan yang cukup berat mulai bahaya pandemic Covid-19, kondisi geopolitik (terutama invasi Rusia ke Ukraina), dan perubahan iklim yang menyebabkan supply pangan dunia terganggu. Laporan yang dirilis oleh World Bank Global Economic Report (GEP) tahun 2023 meralat pertumbuhan ekonomi menjadi hanya 1,7 persen pada Januari 2023, sebelumnya dari 3 persen pada Juni 2022. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga telah direvisi dari 5,2 persen menjadi 4,8 persen pada 2023. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2023 dunia, termasuk Indonesia, masih menghadapi perekonomian ketidakpastian terutama di tingkat regional.


"Konferensi IRSA bertujuan, sebagai forum pertukaran ide di antara berbagai ilmuwan yang diharapkan berkontribusi positif bagi kebangkitan perekonomian daerah, terutama menghadapi perkembangan dan ketidakpastian ekonomi global,"ujar dia.


"Hasil konferensi internasional ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan pedoman bagi pengambil kebijakan baik di daerah maupun pusat dalam merumuskan  kebijakan,"ujarnya.


Konferensi IRSA ke-18 ini, kata dia, merupakan tahun kedua pelaksanaan yang diselenggarakan secara langsung (offline), setelah masa Pandemi Covid-19 diselenggarakan secara daring (online). Narasumber utama yang hadir pada kegiatan Konferensi IRSA ke-18 ini berasal dari beberapa negara. Pembicara utama yang hadir pada kegiatan ini diantaranya adalah Prof. Petter Warr dari Australia National University ANU), Dr. Sonya Dewi (World Agroforestry), Prof. Shyamal Chowdhury (University of Sydney), Assoc. Prof. Arya Gaduh (University of Arkansas), prof. Takahiro Akata (International University of Japan), dan Prof. Dominicus S. Priyarsono (IPB University). 


Peserta konferensi internasional IRSA ke-18 yang diselenggarakan di Bogor tahun 2023 ini, dihadiri oleh akademisi dan peneliti dari berbagai disiplin ilmu, dalam maupun luar negeri.  Juga mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia, pemangku kebijakan pemerintah Indonesia, organisasi non-pemerintah, beberapa perwakilan organisasi internasional dan pihak terkait lain. Jumlah peserta kegiatan ini sekitar 300 – 350 orang, termasuk para pemakalah yang memasukkan artikelnya dan akan mempresentasikan selama dua hari. Adapun jumlah artikel yang diterima sebanyak 248 artikel (183 paper yang dipresentasikan, termasuk 29 artikel dalam sesi khusus)


Untuk memberikan kesempatan bagi lembaga pemerintah dan organisasi pemerintah mendapatkan masukan-masukan, serta mendiseminasi hasil kajiannya. Konferensi ini juga, menyiapkan beberapa sesi khusus atau topik tertentu untuk dipresentasikan dan dibahas oleh peserta seminar dan pemangku kepentingan yang terlibat. 


Rangkaian kegiatan lain, yang dilaksanakan dalam kegiatan IRSA ke-18 ini adalah kegiatan pre-conference workshop yang dilaksanakan masing-masing dua hari (15-16 Juli 2023), yang diikuti oleh peserta Konferensi. Adapun topik pre conference workshop yang ditawarkan 1) Nudge theory and it’s implementations on regional economics policy by Nudgeplus University dan 2) Academic Writing and Publication for regional science researchers by IPB University and IRSA. Pre conference workshop IRSA di laksanakan di Kampus IPB Baranangsiang. Disamping itu, kegiatan lain yang dilaksanakan sebagai rangkain dari Konferensi IRSA ke -18 ini adalah Kegiatan Program Sosial dengan melakukan kunjungan ke Agrotourism Perkebunan Teh dan Kopi Cibulao di Kawasan Puncak Bogor. Kegiatan ini diselenggarakan pada Rabu/19 Juli 2023. 


Kegiatan konferensi internasional IRSA ke-18 ini juga didukung penuh oleh beberapa lembaga pemerintah dan non pemerintah, terutama dalam bentuk dukungan pendanaan (sponsorship), beberapa lembaga tersebut adalah; ANU – Indonesia Project, Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan RI, PT. Sarana Multi Infrastruktur (SMI) – Persero, KONEKSI – Knowledge Partnership Platform Australia – Indonesia, SDGs Hub Universitas Indonesia, LPEM FEB Universitas Indonesia, Bank Negara Indonesia (BNI), PROSPERA – Australia Indonesia Partnership for Economics Development dan Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI). 


Konferensi Internasional IRSA ke – 18 ini, dibuka oleh Pro. Arif Satria, sebagai tuan rumah. Rektor IPB University dalam sambutannya menyatakan “Setelah pandemi dinyatakan berakhir, ketidakpastian masih menghantui perkiraan ekonomi global dan nasional. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih menghadapi ketidakpastian ekonomi yang berdampak pada ketahanan ekonomi regional. Untuk melindungi sistem sosial dan ekonomi Indonesia dari tekanan saat ini dan masa depan, langkah-langkah yang mendesak diperlukan. Diharapkan bahwa konferensi ini akan membahas bagaimana membangun dan mengelola ekonomi regional yang lebih tangguh dari berbagai perspektif”. 


Rektor IPB University juga menekankan perlunya Untuk merancang kebijakan yang berdampak dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi diperlukan data yang valid dan berdasarkan evidence-based policy.