JAKARTA,CEKLISSATU - Juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Abeer Etefa, mengingatkan bahwa penduduk Gaza yang terkepung oleh Israel mungkin mengalami kelaparan dalam waktu dekat.

"Dengan musim dingin lebih cepat datang dan ketidakamanan serta padatnya penampungan yang tidak memiliki air bersih, orang-orang akan segera menghadapi kelaparan," ujar Etefa.

Etefa dan Juliet Touma menyampaikan pernyataan mereka mengenai situasi di Jalur Gaza dalam konferensi pers virtual, yang juga melibatkan direktur komunikasi UNRWA mengenai kondisi di wilayah Palestina tersebut.

Etefa menjelaskan kepada wartawan dari Kairo dan mengatakan penduduk Gaza menjadi semakin putus asa setiap hari dalam mencari roti dan makanan utama. "Roti merupakan sesuatu yang mewah." sebut dia.

"Kami mulai menemukan kasus dehidrasi dan kekurangan gizi, yang semakin meningkat cepat setiap hari," kata Etefa, "Dengan hanya 10 persen persediaan makanan utama dan minuman di Gaza sejak dimulainya konflik, kami sekarang menghadapi kesenjangan pangan yang sangat besar."

Dia menekankan bahwa 2,2 juta penduduk, yang nyaris merupakan seluruh populasi di Jalur Gaza, saat ini membutuhkan bantuan makanan.

“Produksi pangan hampir terhenti total,” kata Etefa.

Dia menambahkan bahwa bagi mereka yang cukup beruntung menemukan sesuatu yang dapat disantap, maka "makanan ini kemungkinan termasuk makanan kaleng,"

Etefa menyoroti urgensi pemenuhan kebutuhan yang meningkat di Gaza, ia berharap jumlah truk yang bisa membawa bantuan makanan melintasi perbatasan ditingkatkan.

"Tidak ada cara untuk memenuhi kebutuhan kelaparan saat ini dengan situasi saat ini,” katanya. “Kita harus memiliki ruang berbeda yang memungkinkan kita memiliki akses yang aman dan mengalirkan barang ke dalam Gaza.”

Putusnya jalur pasokan makanan adalah bencana, dan dia mengatakan situasi sebelum konflik sudah cukup sulit tapi saat ini adalah "petaka".

Sementara itu Touma menyebut Gaza seperti habis dilanda gempa, "hanya saja ini adalah akibat manusia."

"Hal ini sebenarnya bisa dihindari. Kami telah menyaksikan selama beberapa pekan belakangan, pengungsian terbesar warga Palestina sejak 1948," ujar dia.

Anak-anak di penampungan memohon seteguk air dan sepotong roti, ujar dia. Mereka harus menunggu dua hingga tiga jam untuk menggunakan kamar mandi.

"Semua ini membawa kita kembali ke abad pertengahan," lanjutnya.

Israel telah meluncurkan serangan darat dan udara tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu

Akibatnya sebanyak 11.500 warga Palestina tewas, termasuk di antaranya 7.800 perempuan dan anak-anak, dan lebih dari 29.200 mengalami luka-luka, menurut data resmi terbaru dari otoritas Palestina.

Sekelompok pakar PBB baru-baru ini memberi peringatan bahwa Palestina berada di "ambang genosida" ketika pemerintah Israel menerapkan blokade total dengan memutus aliran air, pangan dan listrik ke Gaza.