BOGOR, CEKLISSATU - Ratusan mahasiswa IPB University mengikuti kuliah umum pertambangan yang berwawasan lingkungan dari perusahaan pertambangan dan pemrosesan nikel terintegrasi berkelanjutan PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL) atau Harita Nickel yang beroperasi di Pulau Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara. Kuliah umum ini merupakan bagian dari program Harita Nickel Goes To Campus dan digelar di Auditorium JH Hutasoit, Fakultas Peternakan IPB University, Bogor, Jawa Barat.

Direktur Health, Safety and Environment (HSE) Harita Nickel Ir. Tonny Gultom IPU.,ASEAN Eng. menjadi narasumber dalam kuliah umum yang berbalut talkshow dengan tema "menambang masa depan: nikel ramah lingkungan dan berkelanjutan untuk Indonesia" yang dipandu oleh Dosen Manajemen Sumber Daya Lahan IPB University Dr. Ir. Iskandar. 

Tonny Gultom didampingi oleh Head of External Relations Harita Nickel Latif Supriadi, Green Mining Manager Harita Nickel Dr. Retno Dewi Handayani S. S.Hut., M.Si, Environmental Marine Manager Harita Nickel Windy Prayogo, S.Pi, dan Kepala Laboratorium Riset Unggulan IPB University ⁠Dr. Ir. Irdika Mansur, M.For.Sc.

Baca Juga : Tertangkap Basah, Seorang Pria yang Diduga Copet pada Helaran HJB ke-542 Diringkus Polisi

Sementara peserta kuliah umum terdiri dari mahasiswa IPB University yang berasal dari Fakultas Pertanian, Fakultas Kehutanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, serta Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Dalam kesempatan tersebut, Tonny Gultom menyampaikan Harita Nickel  menempatkan prinsip environment, social, and governance (ESG) dalam tiap operasionalnya. Dari sisi pengelolaan lingkungan, Tonny mencontohkan berbagai program reklamasi untuk mengembalikan fungsi ekologis pada area bekas tambang. 

"Selain reklamasi dan revegetasi, dilakukan juga reklamasi bentuk lain. Seperti memanfaatkan lahan bekas tambang untuk area pabrik," ujar Tonny di hadapan ratusan mahasiswa IPB University.  

Selain itu, Harita Nickel juga memiliki sejumlah langkah yang dilakukan dalam menjaga kualitas air laut di perairan Kawasi, yang berdekatan dengan operasional perusahaan. Upaya tersebut mulai dari proses pemantauan ekologi secara berkala yang mencakup pemantauan kualitas air laut dan kelestarian biota laut. 

Kegiatan tersebut mencakup pemantauan kesehatan terumbu karang dan biota laut lainnya. Salah satu upaya menjaga kelestarian biota laut, perusahaan memiliki program pemasangan terumbu karang buatan berbentuk reef cube atau kubus berongga di laut sekitar Kawasi. Terumbu karang buatan tersebut ditempatkan sebagai tempat bertumbuh ikan dan biota laut agar keanekaragaman tetap terjaga. 

Dari sisi pemberdayaan masyarakat, Latif Supriadi menyatakan kehadiran Harita Nickel di Pulau Obi telah membuka peluang bagi masyarakat untuk tumbuh bersama. Latif mencontohkan beberapa program pengembangan ekonomi yang dijalankan seperti Gerakan Kemandirian dan Penguatan Pelaku Usaha Desa (Gemar Papeda), serta pengembangan padi sawah Sentra Ketahanan Pangan Obi (Sentani) di Desa Buton. Melalui program-program ini, sebanyak 65 supplier lokal, 26 kelompok tani telah dibina dan 691 lapangan kerja telah tercipta. 

"Jumlah karyawan di Pulau Obi kurang lebih mencapai 30 ribu orang yang terdiri dari 20 ribu karyawan Harita Nickel dan 10 ribu dari kontraktor. Untuk mencukupi kebutuhan makan karyawan, kami menyerap bahan pangan yang disuplai oleh pengusaha lokal. Dan nilai transaksi bulanan tertinggi telah mencapai Rp 13,2 miliar," jelasnya.

Sementara itu, narasumber dari IPB University, Irdika Mansur menyoroti potensi peran alumni IPB University bagi dunia pertambangan, termasuk Harita Nickel. Menurutnya, para alumni dari semua program studi sangat diperlukan di dunia pertambangan.

"Peran alumni IPB sangat diperlukan di dunia pertambangan, bisa di bidang pemberdayaan masyarakat, kehutanan atau pemulihan dan pemanfaatan lahan bekas tambang, misalnya lahan bekas tambang dimanfaatkan untuk membangun kebun karet, kakao, padi lahan kering hingga tanaman atsiri," paparnya.

Dalam kesempatan yang sama, salah satu mahasiswa Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Departemen Silvikultur, Niko Bakri, menyatakan mendapatkan kesan positif setelah mengikuti kegiatan ini. Ia mengaku banyak mendapatkan pemahaman baru terkait dunia pertambangan.

"Saya banyak mendapatkan insight baru, bahwa dunia tambang itu tidak hanya untuk orang teknik pertambangan saja tetapi juga sangat terbuka untuk mahasiswa yang berasal dari Fakultas Kehutanan juga, khususnya dalam program reklamasi dan revegetasi lahan bekas tambang," imbuhnya.

Kesan positif juga diutarakan M. Faransani dari Fakultas Pertanian jurusan Manajemen Sumber Daya Lahan. Ia mengaku mengikuti kegiatan ini karena rasa ingin tahu bagaimana program pengelolaan lingkungan di dunia pertambangan. 

"Kenapa saya datang ke acara ini? saya ingin tahu bagaimana pengelolaan lingkungan di pertambangan, karena seperti yang kita ketahui stigma pertambangan nikel di masyarakat saat ini lebih cenderung negatif. Dengan adanya kegiatan ini pertanyaan saya sudah terjawab bagaimana dengan adanya reklamasi lahan, dan sustainability, membuka wawasan baru bagi saya dan mahasiswa lainnya," katanya.

Harita Nickel Goes to Campus IPB University ini merupakan kolaborasi antara Harita Nickel dengan dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Faperta IPB University. Harita Nickel Goes to Campus sendiri merupakan rangkaian kegiatan yang digelar di sejumlah kampus di Indonesia untuk sharing dan memperkaya wawasan kepada para mahasiswa tentang pertambangan dan pemrosesan nikel yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.