JAKARTA,C EKLISSATU - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menilai Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk menghasilkan hujan buatan sulit dilakukan karena minimnya pertumbuhan awan di Jawa Timur.

Sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) telah meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan TMC lantaran sebanyak 17 wilayah di Jawa Timur berstatus darurat kekeringan.

"Di Jatim Hingga September ini belum ada TMC. Karena potensi pertumbuhan awan masih minim sekali. TMC ini harus ada awan meskipun sedikit," kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto, Selasa (22/8).

Meski begitu, pihak BMKG Kelas I Juanda telah melakukan peta analisis dan prakiraan cuaca di sejumlah kota/kabupaten di Jatim untuk diserahkan ke BPBD Jatim.

Peta Analisis itu juga diperlukan untuk penanganan bantuan ke daerah rawan kekeringan di Jatim.

"Pemetaan wilayah yang berpotensi kekeringan itu diserahkan ke Pemprov. Lalu Pemprov mengkoordinasikan ke bawah untuk melakukan antisipasi. Bisa berupa droping air bersih," katanya.

Sebelumnya, berdasarkan data BPBD Jatim, 17 kabupaten/kota terdampak kekeringan, di mana 13 di antaranya berstatus siaga. Yakni Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Jombang, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Bondowoso.

Kemudian Kota Batu, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Tulungagung.

Sedangkan empat wilayah sisanya berstatus tanggap darurat. Yakni Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember.

Untuk informasi, TMC ini merupakan metode untuk memicu hujan buatan dengan teknik penaburan garam di atas awan.