BOGOR, CEKLISSATU - Kota Bogor hingga kini telah menyandang predikat Kota Layak Anak (KLA) pada tingkat Madya. Apalagi, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor tengah berupaya untuk meningkatkan level KLA di Kota Hujan ini menuju tingkat Utama.

Berdasarkan data yang tercatat di UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kota Bogor, kasus kekerasan terhadap anak sejak Januari hingga Juni 2022 mencapai 66 kasus.

"66 kasus ini meliputi 33 kasus kekerasan terhadap perempuan dan 33 kasus lainnya menimpa laki-laki," ucap Kepala UPTD PPA Kota Bogor, Indra kepada awak media pada Jumat, 1 Juli 2022.

Indra mengatakan, meskipun Kota Bogor menyandang predikat KLA, tetapi kasus kekerasan terhadap anak pasti selalu ada. Tidak hanya di Kota Bogor, di daerah lain pun akan serupa.

"Ada aja yang pasti, ga mungkin ga ada, cuma kita berusaha menanganinya. Program ini juga bisa kita bilang berhasil dari segi makin banyaknya kasus, buat kita adalah sebuah prestasi karena timbul kesadaran dari korban untuk melaporkan sehingga mereka tahu tempatnya, ada naunganya ketika mereka mengalami kejadian tersebut," ungkapnya.

Indra mengaku, setiap laporan atau kasus yang masuk ke PPA akan segera ditindak lanjuti. Namun tidak langsung selesai, karena semua berproses. "Alhamdulilah 70 persen baiknya setiap tahun itu penyelesaian ada targetnya, target tahun ini sekitar 79 persen, kalo semua laporan itu kita tangani, ga ada yang kita tidak tangani tapi untuk penyelesaian kasusnya bertahap gitu," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Kota Bogor Dudih Syiaruddin menyebut meskipun sudah mendapat predikat KLA, kasus kekerasan akan terus terjadi. Namun bagaimana predikat kota layak ini bisa merespon cepat terhadap permasalahan. 

"Artinya ada lembaga yang betul-betul menyelesaikan permasalahan dengan cepat, ketika ini sudah terbentuk kelembagaan, kordinasinya juga cepat, masyarakat bisa terlayani dan ketika ada kondisi seperti ini bisa terselesaikan dengan cepat," ujarnya.

Menurut Dudih, predikat KLa itu ada berbagai tingkatan level dari mulai Pratama, Madya, Nindya dan Utama. Artinya, kata Dudih, level itu mengukur kualitas KLA tersebut.

"Kota Bogor sudah di level Madya dan Alhamdulillah pemilihan lapangan kemarin secara hybrid itu masih meningkat di satu level di Nindya, mudah-mudahan bisa meningkat sampai Utama," imbuhnya.

Dudih menjelaskan, sebenernya perlu ada pemahaman kepada masyarakat, kejadian ini bisa saja terjadi walaupun level sudah sangat tinggi, tinggal bagaimana sistemnya, organisasinya, kecepatan menyelesaikan masalahnya, itu bisa di hadirkan didalam setiap komitmen di Kota Bogor.

"Jadi keterlibatan dan partisipasi aktif dari sinergi pentaheling ini penting, akademisi, dunia pendidikan dari mulai paud-perguruan tinggi, ini harus konsen dan harus ada perspektif perlindungan anak dalam lingkaran pendidikan," katanya.