JAKARTA, CEKISSATU - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan akan mengajukan banding usai Indonesia kalah dalam gugatan terkait larangan ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah (raw material) di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Meskipun gugatan oleh Uni Eropa kita kalah di WTO, enggak apa-apa. Saya sampaikan ke menteri, banding," jelas Jokowi dalam Pembukaan Rakornas Investasi di Jakarta, Rabu 30 November 2022.

Jokowi menegaskan tidak boleh ada ekspor bijih nikel ke negara lain. Pasalnya, sejak keputusan menghentikan ekspor bahan mentah nikel, Indonesia mengantongi pendapatan hingga Rp 300 triliun dari sebelumnya hanya Rp 20 triliun.

"18 kali lipat kita hitung nilai tambahnya. Terus yang lain seperti apa? Apa kita mau terus-teruskan ekspor bahan mentah?  Ekspor bahan mentah endak," ujarnya.

Saat ini, industri pengolahan nikel banyak terdapat di Eropa. Oleh karena itu, saat Indonesia melarang ekspor nikel, negara-negara Eropa terkena dampaknya. Mulai dari banyak pabrik yang tutup hingga naiknya angka pengangguran.

Baca Juga : Dibangun 2023, Land Clearing Jalan Tol Tambang Sudah 80 Persen

"Kalau ada negara lain yang menggugat, itu haknya negara lain untuk menggugat karena terganggu. Setelah saya cek, kenapa sih Uni Eropa ini menggugat? Ya benar, karena industrinya ternyata banyak di sana," kata Jokowi.

"Tapi kan kita ingin jadi negara maju, kita ingin membuka lapangan kerja. Kalau digugat saja kita takut, mundur, enggak jadi, ya kita nggak jadi negara maju," sambung dia.

Jokowi mengatakan Indonesia akan terus mengejar hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah. Dia ingin bagan mentah atau raw material diproduksi di dalam negeri untuk meningkatkan nilai tambah.

"Nanti babak yang kedua, hilirisasi lagi bauksit. Artinya, bahan mentah bauksit harus diolah di dalam negeri agar kita mendapatkan nilai tambah. Setelah itu, bahan-bahan lainnya. Termasuk hal yang kecil-kecil, urusan kopi. Usahakan jangan sampai diekspor dalam bentuk bahan mentah, raw material," kata Jokowi.

Jokowi menuturkan bahwa Indonesia sudah beratus-ratus tahun mengekspor bahan-bahan sehingga harus dihentikan.

Jokowi pun meminta jajaran menterinya untuk mencari investor guna pendanaan program hilirisasi.

"Cari investor, investasi agar masuk ke sana. Sehingga nilai tambahnya ada, seperti kasus nikel ini nanti," ucapnya

"Sehingga neraca perdagangan kita sudah 29 bulan selalu surplus, yang sebelumnya selalu negatif, selalu defisit neraca, berpuluh-puluh tahun kita baru 29 bulan yang lalu kita selalu surplus. Ini arah kita," sambung Jokowi.