JAKARTA, CEKLISSATU – Fenomena angin puting beliung yang terjadi di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang berpotensi terjadi lagi di berbagai daerah.

BMKG menyebut, masih ada tiga fenomena cuaca yang berpotensi jadi pemicu.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, tiga fenomena cuaca itu adalah aktivitas monsun Asia yang masih dominan;

Kemudian aktivitas gelombang atmosfer di Indonesia Tengah dan Timur, serta terbentuknya pola belokan dan pertemuan angin memanjang di Indonesia Tengah dan Selatan. 

Baca Juga : Puluhan Orang Luka Akibat Puting Beliung di Sumedang dan Bandung, Ini Daerah yang Terdampak

"Fenomena cuaca ini cukup signifikan," ungkapnya, Kamis (22/2/2024).

Angin puting beliung secara visual merupakan angin kencang yang berputar. Puting beliung terbentuk akibat sistem awan kumulonimbus (CB) yang mampu menimbulkan cuaca ekstrem. 

"Namun, tidak setiap awan CB menimbulkan puting beliung, bergantung kondisi atmosfer," bebernya.

Ia menyebutkan, angin puting beliung biasanya terjadi dengan durasi kurang dari 10 menit. 

Fenomena puting beliung biasanya terjadi saat peralihan musim. ”Namun, bisa terjadi juga saat musim hujan," tuturnya.

Baca Juga : BMKG Jabar Ungkap Dampak Kerusakan Akibat Angin Puting Beliung di Rancaekek Bandung

Selain itu lanjutnya, proses pembentukan angin puting beliung sulit untuk dicegah. 

Tetapi, bisa diwaspadai terhadap hujan sedang hingga lebat yang disertai dengan kilat atau petir dan angin kencang pada sore hari, terutama pada waktu pemanasan kuat antara pukul 10.00 hingga 14.00 WIB. 

"Biasanya ditandai dengan jenis awan yang berwarna gelap dan menjulang tinggi seperti kembang kol dan terkadang memiliki landasan pada puncaknya. Ini yang disebut awan jenis kumulonimbus," ucapnya.

Terpisah, pakar meteorologi BRIN Edvin Aldrian mengatakan, fenomena yang terjadi di Rancaekek bukan tornado. 

Menurut profesor riset di Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN itu, angin kencang yang terlihat berputar-putar di Rancaekek tersebut adalah angin puting beliung

Baca Juga : Viral Video Angin Puting Beliung Terjang Bangunan hingga Kendaraan di Rancaekek Bandung

"Saya sudah lihat videonya. Itu kecil saja dan cucunya siklon," terangnya.

Kalau diubah ke bahasa Inggris sekalipun, angin puting beliung di Rancaekek tersebut bukan tornado. Dia menyebutkan angin itu lebih tepat disebut dalam bahasa asing sebagai twister.

Menurut Edvin, angin puting beliung merupakan fenomena alam yang kerap terjadi di Indonesia. Khususnya di Pulau Sumatera, Jawa, dan Sulawesi.

Angin seperti itu jarang ditemukan di Kalimantan. Sebab, Kalimantan pulaunya luas. Tidak seperti Sumatera, Jawa, dan Sulawesi yang lebih sempit.

Menurutnya, angin puting beliung terjadi karena ada pertemuan suhu dingin dari lautan dengan suhu lebih tinggi di daratan. Tanda munculnya angin puting beliung biasanya di atasnya ada awan gelap yang berderet-deret.

Edvin menjelaskan, angin puting beliung kerap terjadi pada masa pancaroba atau peralihan. Saat ini sampai sebulan ke depan, dia menyatakan sedang dalam masa peralihan dari musim hujan ke kemarau. 

Masyarakat diminta menjauh ketika terjadi angin puting beliung. Sebab, dalam kondisi tertentu, angin itu bisa sampai membuat atap atau genting beterbangan.

BPBD Jawa Barat mendata dalam kejadian angin puting beliung di perbatasan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2/2024), terdapat 31 korban luka-luka. Kerusakan di 17 pabrik dan 87 rumah warga. 

"Jumlah warga terdampak mencapai 413 kepala keluarga," terang Humas BPBD Jawa Barat, Hadi dalam keterangan tertulisnya.

Menurutnya, jumlah korban luka-luka masih dapat berubah. Karena pendataan terus dilakukan.