JAKARTA,CEKLISSATU - Kementerian Luar Negeri Kuba mengumumkan pada Selasa 5 September 2023, bahwa mereka telah mengungkap jaringan perdagangan manusia yang memaksa warga negaranya untuk bertempur bagi Rusia dalam perang di Ukraina.

Kementerian Luar Negeri Kuba mencatat bahwa jaringan perdagangan ini beroperasi di Kuba dan Rusia.

"Pihak Kementerian Dalam Negeri sedang bekerja untuk menonaktifkan dan membongkar jaringan perdagangan manusia yang beroperasi dari Rusia untuk memasukkan warga Kuba yang tinggal di sana, bahkan beberapa diantaranya dari Kuba, ke dalam pasukan militer yang berpartisipasi dalam operasi perang di Ukraina," demikian pernyataan pemerintah Kuba.

Pemerintah Rusia belum memberikan komentar mengenai tuduhan ini.

Tahun lalu, Rusia mengumumkan rencana untuk meningkatkan jumlah personel militernya lebih dari 30% menjadi 1,5 juta personel tempur, sebuah target yang sulit diwujudkan mengingat banyaknya korban berjatuhan, meskipun jumlah korban perang tidak diungkapkan.

Pada akhir Mei, sebuah surat kabar di kota Ryazan, Rusia, melaporkan bahwa beberapa warga Kuba telah menandatangani kontrak dengan pasukan bersenjata Rusia dan telah dikirim ke Ukraina sebagai imbalan kewarganegaraan Rusia.

Belum jelas apakah pernyataan Kementerian Luar Negeri Kuba terkait dengan laporan dari Ryazan.

Namun, pemerintah Kuba mengatakan bahwa mereka telah mulai memproses kasus-kasus di mana warganya telah dipaksa untuk bertempur di Ukraina.

"Upaya semacam ini telah dinonaktifkan dan proses pidana telah diinisiasi terhadap orang-orang yang terlibat dalam aktivitas ini," demikian pernyataan pada Senin.