JAKARTA,CEKLISSATU - Saat banjir mulai surut sejak akhir pekan lalu, warga kota Zhuozhou di Tiongkok bagian selatan Beijing mengatakan bahwa tantangan yang mereka hadapi baru saja dimulai.

Zhuozhou mengalami dampak paling parah akibat badai terburuk yang melanda provinsi utara Hebei dalam beberapa dekade. Lebih dari seperenam dari total penduduk kota yang mencapai 600.000 jiwa dievakuasi.

"Waktu kesulitan, ini baru saja dimulai, tantangan selanjutnya akan menjadi yang paling pahit."  ujar Wang Dan, seorang penduduk Zhuozhou, dikutip dari Reuters.
 
Segala inventaris senilai sekitar 100.000 yuan ($13.915,75) di toko pakaian miliknya terendam dan kemungkinan rusak.
"Dengan tiga tahun pandemi dan ditambah lagi banjir tahun ini, saya tidak tahu apakah saya bisa terus melanjutkan," ungkap wanita berusia 30 tahun tersebut.

"Sekarang saya khawatir pelanggan akan sepi lagi." Imbuhnya.

Prefektur Baoding, yang mengurusi Zhuozhou, melaporkan ratusan jembatan dan ratusan kilometer jalan pedesaan rusak akibat banjir, dengan kerugian ekonomi langsung mencapai hampir 17 miliar yuan hingga Sabtu.

Pemilik sebuah pabrik kemasan lokal memperkirakan bahwa ia mengalami kerugian setidaknya 15 juta yuan.

"Dalam lubuk hatiku, rasa sakit benar-benar terasa. Kami tak pernah membayangkan harus menghadapi bencana alam yang begitu parah," ujar Wu Chunlei, yang berusia 41 tahun, sambil berdiri di tengah kemasan kertas yang basah di pabriknya.

"Ini adalah hasil dari sepuluh tahun kerja keras saya." Ucapnya

Dia mengatakan bahwa banjir telah menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada pandemi dalam tiga tahun terakhir.

"Saya tidak tahu bagaimana menghadapi ini." Tambah Wu Chunlei

Gao Dong (53), yang telah mengungsi di pusat bantuan bencana, merasa putus asa saat memikirkan proses membangun ulang rumahnya yang kini terendam setengah meter lumpur.

"Setelah bertahun-tahun bekerja keras, ini sungguh memilukan. Makanan kami habis semua, dan sulit bagi kami untuk membayangkan bagaimana kami bisa bertahan." Ujarnya.

Ia menghasilkan kurang dari 200 yuan per hari sebagai pekerja paruh waktu dan tidak dapat mengunjungi lahan pertaniannya yang menanam jagung, yang biasanya memberinya penghasilan beberapa ribu yuan setiap tahun, ia mengatakan kemungkinan semuanya telah hilang.