CIREBON, CEKLISSATU - Sejak pemerintah menaikkan harga BBM subsidi, sejumlah nelayan di Desa Bandengan, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon, tampaknya memilih untuk tidak melaut.

Wasnadi (57), nelayan di Desa Bandengan, mengatakan, kenaikan harga solar membuat biaya operasional untuk melaut membengkak.

Menurutnya butuh modal lebih besar dibanding sebelum harga solar naik. Terlebih hasil tangkapan ikan yang sering kali tak menentu.


"Modalnya enggak cukup Rp 100 ribu, karena minimal bawa solar 10 liter," ujar Wasnadi, Senin 5 September 2022 dilansir Tribunews.com.

Sebelum harga solar naik, ia masih bisa menggunakan uang sisa pembelian 10 liter solar untuk bekal selama melaut, dari mulai makanan, minuman, hingga rokok.

Kini, ia membutuhkan modal lebih dari Rp 100 ribu untuk sekali melaut yang hasilnya pun tak menentu dan dibagi rata dengan sesama nelayan serta pemilik kapal.

Ia mencontohkan saat melaut pada Sabtu 3 September 2022 hanya mendapatkan lima kilogram rajungan dan 1,5 kilogram ikan dari hasil tangkapan.

"Rajungan harganya hanya Rp 30 ribu per kilogram, dan ikannya dibagi dengan saudara yang ikut melaut. Hasil penjualan juga dibagi lagi," kata Wasnadi.

Sementara Robani (51), nelayan lainnya mengaku masih melaut menggunakan sisa solar yang dibeli sebelum harganya naik. Sebab, ia biasa membeli solar sebanyak 30 liter untuk persediaan selama beberapa hari.

Namun begitu, hasil tangkapan pada hari ini juga tak seberapa. Di dalam ember hitam terlihat hanya berisi ikan-ikan kecil yang ditangkapnya di laut.

"Ya segini hasilnya, kebanyakan ubur-ubur. Saya menghabiskan sisa lima liter solar untuk melaut di dekat sini," ujar Robani sambil menunjukkan ember berisi ikan kecil tersebut.