JAKARTA, CEKLISSATU - Badai salju di seluruh wilayah Amerika Serikat membuat harga minyak dunia naik, pada perdagangan Selasa 27 Desember 2022.

Badai salju ini dikhawatirkan akan mempengaruhi logistik dan produksi, terlebih pada saat momen libur Natal 2022 dan tahun baru 2023 (nataru).

"Kekhawatiran atas gangguan pasokan dari badai musim dingin di AS mendorong aksi beli, meskipun volume perdagangan tipis karena banyak pelaku pasar pergi berlibur," kata Kepala Analis Fujitomi Securities Co Ltd, Kazuhiko Saito, seperti dilansir dari Reuters, Selasa 27 Desember 2022.

Baca Juga : Menteri ESDM: Harga Pertalite Seharusnya Rp14 Ribu per Liter

Seperti diketahui, badai salju telah melumpuhkan Buffalo, New York, di tengah perayaan Hari Natal. Kondisi tersebut menjebak pengendara dan pekerja di dalam kendaraan mereka, meninggalkan ribuan rumah tanpa listrik dan meningkatkan jumlah korban tewas akibat badai yang telah mendinginkan sebagian besar Amerika Serikat selama berhari-hari.

Angin yang sangat dingin dan bertiup pada hari Jumat mematikan listrik dan memangkas produksi energi di seluruh Amerika Serikat, sekaligus menaikkan harga pemanas dan listrik.

Di tengah sentimen cuaca, pasar juga masih cemas ihwal kemungkinan pemotongan produksi oleh Rusia untuk membalas sanksi barat.

Rusia dapat memangkas produksi minyak sebesar 5% hingga 7% pada awal 2023 untuk merespons pembatasan harga, demikian menurut reportase kantor berita RIA yang mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, Jumat lalu.

Minyak mentah Brent naik 0,9% di USD84,65 per barel, sedangkan West Texas Intermediate AS berada di level USD80,41 per barel, alias menguat 1,1%.

Pada akhir pekan lalu Jumat (23/12/2022), Brent naik 3,6%, sementara WTI naik 2,7%. Kedua tolok ukur itu mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Oktober. Namun, pasar Inggris dan AS ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal.