JAKARTA, CEKLISSATU – Pada Debat keempat, Cawapres Nomor Urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebutkan, akan menggenjot pengembangan energi baru terbarukan melalui bioenergi, atau bahan bakar nabati yang berasal dari tumbuhan.

Gibran Rakabuming Raka mengatakan, Indonesia telah mengembangkan bioenergi melalui program pencampuran solar dengan olahan minyak mentah kelapa sawit, meliputi B35 dan B40.

Gibran Rakabuming Raja melanjutkan, program tersebut akan diperluas jika dirinya terpilih dalam Pilpres 2024 mendatang. 

Menurut Gibran Rakabuming Raka hal itu bertujuan, untuk mengurangi ketergantuan pada energi fosil

Baca Juga : Debat Keempat Cawapres, Mahfud MD Singgung Soal Food Estate Gagal dan Merusak Lingkungan

"Untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil kita akan dorong transisi menuju energi hijau, seperti bioaftur, biodiesel dan juga bioetanol," terang Gibran Rakabuming Raka, Minggu (21/1/2024).

Adapun dalam salah satu program yang dicanangkan capres-cawapres nomor urut 2, dijanjikan pengembangan bioetanol dari tanaman singkong dan tebu. 

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari proses ferementasi bahan-bahan organik, terutama tumbuhan dengan kandungan karbohidrat tinggi. 

Pengembangan bioetanol ini diyakini bakal menciptakan lapangan kerja baru dan menyerap banyak tenaga kerja. 

Karena bakal mengandalkan tanaman tebu dan singkong yang memang umum ada di Indonesia.

Selain melalui pengembangan bioenergi, upaya menekan ketergantungan energi fosil juga akan dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya alam lainnya seperti energi surya, angin, air, hingga panas bumi. 

Pengembangan energi terbarukan itu dibidik Gibran lantaran Indonesia kaya akan sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan sebagai energi terbarukan. 

Gibran Rakabuming Raka mengatakan, pengembangan energi terbarukan itu bakal dilakukan dengan melibatkan banyak pihak alias berkonsep pentahelik, sehingga melibatkan unsur pemerinath, pelaku usaha, hingga masyarakat.

"Potensi energi terbarukan luar biasa sekali bisa mencakup 3.686 gigawatt yang meliputi energi surya, angin, air, dan panas bumi. Oleh karena itu kerja sama pentahelik wajib didorong," beber Gibran Rakabuming Raka.