JAKARTA, CEKLISSATU – Indonesia memiliki kekayaan biodiversitas, termasuk tumbuhan etnik yang dapat dimanfaatkan untuk pengobatan dan ramuan tradisonal.

Untuk itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berkomitmen untuk mendukung adanya riset yang komprehensif dalam pemanfaatan tumbuhan etnik untuk pengobatan.

Hal itu diutarakan melalui Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional menggelar Webinar Bincang Riset yang ketujuh dengan topik “Riset Etnofarmakologi dan Pengembangan Produk Bahan Alam”. 

Baca Juga : BRIN Bersama Dewan Energi Nasioanl Promosikam Motor Listrik Ditengah Kenaikan BBM

“Tanpa riset yang komprehensif, ilmu-ilmu kesehatan tradisional yang dimiliki semua etnis tidak bisa berwujud menjadi suatu produk yang bisa bermanfaat lebih luas untuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Plt. Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional, Yuli Widiyastuti, seperti dikutip dari laman BRIN, Jumat 2 December 2022.

Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Kesehatan Masyarakat dan Gizi BRIN, Setia Pranata menjelaskan, tentang pengobatan tradisional dalam perspektif antropologi. Menurut catatan WHO sekitar 20.000 spesies tumbuhan dipergunakan oleh penduduk dunia sebagai obat. Masalah kesehatan tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di dalam masyarakat di mana mereka berada. Mereka memanfaatkan pengetahuan tradisional dan keanekaragaman hayati di lingkungannya untuk terhindar dan sembuh dari gangguan kesehatan.

“Melalui sosial budaya muncul suatu ilmu yang disebut antropologi kesehatan. Antroplogi melihat kebudayaan sebagai suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan masyarakat, kepercayaan yang diyakini, nilai-nilai yang ada yang berhubungan dengan kondisi sehat dan sakit. Diskusi antropologi lebih menekankan kepada pendekatan kualitatif,” jelas Setia.

Sementara itu, Peneliti Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional BRIN, Edy Marwanta menyampaikan materi tentang riset dan hilirisasi produk bahan alam untuk kesehatan, yang termasuk pada riset industrial untuk menstimulasi kemajuan industri untuk inovasi yang berkelanjutan.

Riset produk bahan alam untuk kesehatan terdiri dari invensi, saintifikasi obat tradisional, standarisasi bahan baku dan rekayasa proses produksi dan uji produk yang tujuannya untuk hilirisasi atau komersialisasi produk bahan alam.

“Bukan hanya scientifically proven tetapi juga technically proven supaya secara teknik terbukti bahwa hasil kita bisa kita bawa ke industri,” ungkapnya.

“Dalam riset industri penting untuk mempunyai prototipe produk karena dalam riset terdapat output, outcome dan impact agar hasil riset kita dapat dimanfaatkan dan memberikan dampak kesehatan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat,” tutupnya.