BOGOR, CEKLISSATU – Politikus Maruarar Sirait memilih mundur dari PDI Perjuangan (PDIP) dan mengaku akan mengikuti langkah Joko Widodo (Jokowi). 

Terkait keputusan yang diambil Maruarar Sirait itu, Pengamat Politik dan Kebijakan Publik, Yusfitriadi menilai, hal tersebut tidaklah mengagetkan. Kemunduran Ara—sapaan Maruarar Sirait—tidak hanya sebagai pengurus DPP PDIP, tapi juga mundur sebagai kader dan anggota PDIP.

Hal itu dibuktikan dengan menyerahkan Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP ketika berpamitan kepada DPP PDIP

Baca Juga : DPP Resmi Terima Pengunduran Diri, Hasto Kristiyano Ungkap Alasan Maruarar Sirait Mundur dari PDIP

Mundurnya Ara tersebut tidak bisa dilihat hal yang biasa-biasa saja. Namun, bagi saya amat sangat kental orientasi politik,” ungkap Yusfitriadi kepada ceklissatu.com. 

Bahkan lanjut Yusfitriadi, bisa jadi mundurnya Ara yang mengambil waktu di detik-detik akhir menjelang hari pemungutan suara bukan tanpa skenario. Bisa jadi merupakan salah satu skenario faksi pasangan calon 02 untuk memenangkan satu putaran.  

“Pandangan ini bukan tanpa alasan, ada beberapa indikator yang mengarah kepada hal tersebut. Pertama, Ara merupakan loyalis Jokowi,” ucap Yusfitriadi

Selain itu, salah satu figur yang mendorong Jokowi sejak awal menjadi calon presiden periode pertama adalah Ara. Sejak itu pula sampai saat ini Ara tidak terlalu diberikan tempat oleh PDIP

Baca Juga : Maruarar Sirait Mundur dari PDIP, Nyatakan Ikuti Langkah Jokowi

Jokowi lah yang memberikan tempat, baik di komisaris maupun pengurus pada salah satu cabang olah raga nasional, termasuk Ketua Satgas Mafia Bola. Sehingga tidak aneh ketika Ara mengikuti ‘bandul’ politik Jokowi,” terang Yusfitriadi

Yusfitriadi melanjutkan, dimana saat ini bandul politik Jokowi tidak di PDIP dan Ganjar. 

Kedua, tidak masuk ke dalam DCT. Sama halnya dengan Budiman Sudjatmiko, Ara pada Pemilu 2024 ini tidak dicalonkan anggota legislatif oleh PDIP

Tidak juga masuk ke dalam tim pemenangan Ganjar-Mahfud. Sehingga namanya di PDIP relatif tenggelam dan nyaris hilang dari percaturan politik. 

Ketiga, Mundur pada detik-detik terkahir. Kurang dari satu bulan menuju hari pemungutan suara pada Pemilu 2024 Ara berpamitan dari PDIP

“Tentu saja bukan tidak dikalkulasi. Ditengah elektabilitas PDIP dan Ganjar-Mahfud terus turun, Ara mengambil langkah keluar dari PDIP. Tentu saja kalkukasi politiknya adalah memberikan gambaran rapuhnya soliditas PDIP, bahkan di tataran Pengurus Pusat,” tutur Yusfitriadi

Padahal lanjut Yusfitriadi, dengan kondisi tenggelamnya peran Ara selama ini di PDIP, bisa saja sejak awal mundur dan bergabung dengan pasangan calon Prabowo-Gibran. 

“Seperti halnya dilakukan oleh Budiman Sudjatmiko. Ketika mundur sejak awal mungkin tidak akan terlalu besar terhadap pandangan rapuhnya soliditas PDIP,” ujarnya. 

Keempat, Yusfitriadi mengatakan, berpotensi eksodus. Mundurnya Ara berpotensi Bisa jadi diikuti oleh kader lainnya di DPP PDIP. Bahkan sangat mungkin oleh kader-kader PDIP di lapisan bawah. 

“Seperti sudah terjadi di Majalengka Jawa Barat. Karena sedikit atau banyak, Ara pasti mempunyai pasukan kader PDIP di semua lapisan masyarakat. Sehingga ketika terjadi eksodus yang diakibatkan oleh mundurnya Ara, akan mebgancam turun secara drastis elektabilitas PDIP dan pasangan Ganjar-Mahfud,” kata Yusfitriadi

Ketika itu terjadi, eksodusnya kemungkinan besar ke pasangan Prabowo-Gibran, bukan ke Pasangan Anies-Cak Imin. 

“Dengan demikian sangat berpotensi Pasangan Prabowo-Gibran semakin naik elektabilitasnya. Sementara PDIP dan Pasangan Ganjar-Mahfud berpotensi semakin turun. Potensi Prabowo-Gibran menang satu putaran sangat berpeluang,” pungkas Yusfitriadi.